Ini Cerita Menyentuh Mahasiswa UNY Saat Dampingi Suku Kokoda yang Minim Pengetahuan Kesehatan
Sungai kecil di depan kampung Warmon kokoda meluap, bahkan jalan-jalan di area perumahan warga terendam air yang tingginya mencapai betis kaki.
Namun ketika mereka sudah sampai di lapangan tempat mereka akan merealisasikan segala rencana yang sudah dirumuskan, kelompok KKN MBN dihadapkan dengan ujian berupa hujan deras yang datang silih berganti.
Sungai kecil di depan kampung Warmon kokoda meluap, bahkan jalan-jalan di area perumahan warga terendam air yang tingginya mencapai betis kaki.
Dihadapkan dengan kondisi yang seperti itu MBN tetap tak patah arang.
Mereka mencari cara agar potensi tanah di kampung Warmon Kokoda tak terbengkalai.
Akhirnya setelah bertanya kepada dosen pembimbing lapangan, Dr Gatot Supangkat, mereka sepakat menggunakan teknik vertikultur.
"Akhir-akhir ini wilayah Sorong sering sekali diguyur hujan dan itu menyebabkan wilayah di kampung Warmon Kokoda banjir. Untuk mengolah ladang saat ini belum dapat kita lakukan, karena apabila kita memaksa untuk menanam di ladang yang rawan banjir ditakutkan akan mengalami gagal panen. Teknik vertikultur yang kami inisiasi akan memposisikan tumbuhan lebih tinggi dari permukaan air. Sehingga ini akan melindungi tumbuhan dari terendam air," jelas Faturahman.
Vertikultur merupakan sebuah cara budidaya tanaman secara vertikal atau bertingkat.
Teknik ini menggunakan lahan sempit yang tidak terpakai maupun pekarangan kecil di rumah warga.
Sebagai medianya mereka menggunakan bambu dengan ukuran cukup besar.
Bambu tersebut kemudian dibelah dua lalu diisi dengan tanah secukupnya baru kemudian ditanami dengan benih tumbuhan.
Untuk benihnya, mereka memilih Sawi dan Kacang Panjang yang terbilang mudah dan masa panennya cepat.
Warga kampung pun sudah ada beberapa yang membuat vertikultur ini di samping rumah mereka dan sudah ada yang berkecambah juga, ini menunjukkan ada kemungkinan teknik ini akan berhasil.
Bagi Masyarakat Kokoda, bertani merupakan hal yang baru dalam kebiasaan hidupnya.
Dari puluhan orang yang tinggal di kampung Warmon Kokoda, hanya beberapa saja yang cukup familiar.
"Itupun lahannya tidak di kampung Warmon Kokoda, ada yang lahannya di kota dan di kampung sebelah. Yang ditanam pun hanya sekedar Kasbi (Ketela Pohon) yang tak perlu perawatan khusus dan bisa ditinggal. Warga Warmon Kokoda lebih terbiasa untuk mencari ikan, baik di sungai atau di laut. Hampir setiap rumah memiliki jaring atau jala ikan, karena memang wilayah kampung Kokoda ini dekat dengan pantai," ujarnya.