Kisah Inspiratif Mbah Telo, Selalu Mensyukuri Hasil Berdagang Polo Pendem
Simbah yang tinggal bersama empat anaknya ini tak pernah resah dengan dagangannya. Dirinya tak pernah berpikir apakah dagangan bakal laku atau tidak
Penulis: Sulistiono | Editor: Ari Nugroho
Sewaktu remaja dulu, Mbah Telo pernah berdagang pecel.
Kisahnya berdagang pecel ini diungkapkannya penuh semangat sekali.
Dia ingat betul ketika berdagang pecel sangat laris.
Selalu ada kerumunan pembeli singgah di lapak pecelnya.
“Saya pernah jualan pecel laris banget. Pembelinya berjejal sampai tak bisa diterobos. Mereka harus antre dan dilayani satu-satu,” kisahnya.
Kini Mbah Telo sudah meninggalkan bisnis pecel dan menekuni dagangan polo pendem di usianya yang terus menua.
Lapak dagangan polo pendem itu bisa ditemui setiap hari sekitar pukul 08.00 WIB di Alun-Alun Utara sisi barat.
“Saya jualan ini ada saja yang beli,” kata simbah yang mengaku tinggal di daerah Siliran, Penembahan, Kraton, itu.
Saat reporter Tribun Jogja menghampiri, Mbah Telo tampak bertransaksi dengan beberapa pembeli.
Ada yang beli ubi jalar, kacang, dan pisang.
Seorang pembeli, Utari Dewi (36), menyempatkan diri membeli polo pendem Mbah Telo bersama suami dan anaknya.
Perempuan asli Yogyakarta ini mengaku sangat kagum terhadap Mbah Telo yang sudah tua tetapi semangat hidupnya masih sangat tinggi.
“Sosok Mbah Telo bisa menjadi teladan bagi kita semua. Tidak kenal lelah walaupun raganya sudah rapuh. Patut ditiru generasi manja saat ini yang melakoni pekerjaan ringan saja mengeluh. Bagi saya simbah itu sosok pahlawan,” kata perempuan berhijab yang juga punya usaha Rumah Makan Utari Special Rica Bakar Obong ini. (TRIBUNJOGJA.COM)