Takluknya Kraton Yogya di Tangan Inggris

Mencekam ! Tiga Jam Penuh Darah Saat Takluknya Kraton Yogya di Tangan Inggris

Tragedi ini memuncaki konflik internal, trik intrik, persekongkolan sekaligus pengkhianatan di antara para bangsawan kerajaan.

Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Mona Kriesdinar
TRIBUNJOGJA.com | SETYA KRISNA SUMARGO
GEGER SPEHI - Adegan wayang kulit memperlihatkan peristiwa saat Gubernur Jenderal Stamford Raffles menobatkan RM Surojo sebagai Sultan HB III, menggantikan HB II yang dicopot setelah keraton diserbu. Pertunjukan digelar di Ndalem Yudonegaran, Selasa (29/8/2017) malam. 

Dentuman meriam Inggris pertama kali pecah mengarah ke sisi timur laut benteng keraton, menandai awal serangan pada sore hari, 18 Juni 1812. Dua jam sebelum tembakan meriam, Raffles mengirimkan surat ultimatum ke Sultan HB II agar menyerah.

Penerjemah Karesidenan Semarang CF Krijgsman diutus untuk menyampaikan surat ancaman. Sultan HB II, Putra Mahkota, ditemani Tumenggung Sumodinigrat dan Pangeran Mangkudiningrat menerima utusan Raffles di pendopo Srimanganti.

Sultan menolak ultimatum Raffles, begitu juga Putra Mahkota. Penolakan itu memberi sinyal perlawanan dan perang besar akan segera berkobar. Sultan pada waktu itu menitip pesan ke utusan Raffles agar Notokusumo menjawab alasannya mengapa berkhianat.

Hujan tembakan artileri Raffles dari arah benteng (Vredeburg) dan kubu-kubu mereka di tempat yang sekarang jadi Taman Pintar berlangsung hingga malam dan tembus ke hari berikutnya, Jumat, 19 Juni 1812.

Serangan itu rupanya menggentarkan para kaum bangsawan. Banyak yang menyelinap pergi dari istana, mengungsi ke tempat-tempat di luar kota, hingga ke Imogiri. Segelintir saja yang bersiap sepenuh hati berjuang melawan.

Sikap cari selamat para bangsawan istana ini menurunkan moral para prajurit dan pengikutnya yang berjuang di garis depan. Kawasan Kauman dan sekitarnya yang terletak di barat alun-alun, rusak terkena sambaran api dan tembakan meriam.

Kadipaten, yang berlokasi di sebelah timur keraton, tempat tinggal Putra Mahkota dan Pangeran Diponegoro, mengalami kerusakan hebat. Gerbangnya tinggal menunggu waktu dijebol pasukan penyerbu. Bantuan kekuatan untuk mencegah jatuhnya Kadipaten tak kunjung datang.

Bombardemen berlangsung terus hingga terhenti pada Jumat pukul 9 malam. Penghuni istana menyangka serangan Inggris berakhir. Masa-masa kritis juga terjadi di kediaman Sultan yang dikawal prajurit Srikandi.

Sabtu, 20 Juni 1812 sekitar pukul 2 dini hari, dua tembakan meriam menggelegar. Dua jam kemudian, pasukan infantri Inggris, Sepoy (India), Legiun Prangwedono, dan pengikut Notokusumo, bergerak maju mendekati benteng keraton.

Tangga-tangga bambu digotong dan dipakai untuk memanjat dinding benteng. Kapiten Cina Tan Jing Sing (Secodiningrat) andil banyak pada bagian ini, dan membuktikan persekongkolannya dengan pihak penyerbu.

Kadipaten, tempat tinggal Putra Mahkota, jadi sasaran utama. Gerbangnya diledakkan oleh pasukan artileri berkuda Madras, tingkap-tingkapnya direbut serdadu Sepoy. Meriam keraton dibalikkan mengarah ke dalam benteng dan pasukan yang mempertahankannya.

Pagi itu gerbang Poncosuro di sisi timur laut keraton jebol. Serangan ke Kadipaten ini dipimpin Letkol Alexander McLeod. Dilihat dari sketsa peta saat penyerbuan (William Thorn: Penaklukan Pulau Jawa, 2004), sekarang lokasinya di Plengkung Wijilan ke arah timur (Jalan Ibu Ruswo).

Serangan serentak itu juga menyebabkan gudang mesiu keraton di pojok timur laut benteng meledak, menimbulkan kerugian besar dan korban jiwa di pihak penyerang maupun yang bertahan. Mayor William Thorn melukiskan kesulitan menembus pertahanan keraton.

Sekeliling benteng saat itu ada paritnya, dan bentengnya pun tebal. Tidak mudah dihancurkan. Pertempuran jarak dekat berlangsung seru, menggunakan tombak, panah, senapan musket, granat, dan mortar.

Serangan memutar juga dilakukan ke sisi selatan memutari benteng dengan target menjebol gerbang utama di selatan alun-alun. Pasukan yang menggempur area ini dipimpin Letnan Dewar. Mereka menghadapi perlawanan gigih pasukan Tumenggung Sumodiningrat.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved