LIPSUS TRIBUN JOGJA

Hebatnya Pasangan Disabilitas Asal Yogya Ini, Mereka Pantang Ngemis dan Pilih Keliling Jualan Roti

Pasangan romantis yang tinggal di Gang Tongkol IX Minomartani, Ngaglik Sleman ini menolak untuk mencari uang dengan cara ngamen.

Penulis: sis | Editor: Ikrob Didik Irawan

Diprotes Pembeli karena Bertahun-tahun Jualan Tapi Harga Roti Tak Pernah Naik

arjan (42) dan Erni (55) pasangan suami istri penyandang disabilitas yang memilih berkeliling jualan roti dan makanan ringan lainnya ketimbang harus mengemis atau mengamen.

TRIBUNJOGJA.COM - Dari pengalaman menderita di pejara lantaran terjaring razia satpol PP di Malioboro, akhirnya membuat Parjan dan Erni, pasangan penyandang disabilitas memilih mencari mencari rezeki dengan cara jualan roti.

Setiap harinya, Parjan dan Erni harus menyusuri jalan sepanjang enam kilometer, dari rumah tinggalnya di Minomartani menuju kampus UNY di Gejayan.

Jika kita menyusuri selokan Mataram, kita akan mudah menemukan pasangan ini kala menjajakan dagangannya.

Parjan yang menderita kebutaan dengan sabar menggandeng Erni yang menderita kekurangan fisik di kakinya.

Mesti kesulitan berjalan, namun Erni tetap semangat mendampingi suami menjajakan dagangan mereka.

Bila hari Minggu, mereka rutin berjualan di Sunday Morning UGM.

Di hari-hari biasa mereka berjualan dari pukul 07.00 WIB hingga pukul 13.00 WIB. Untuk satu roti maupun satu bungkus snack, mereka banderol Rp 1500.

Dari dulu hingga kini, harga yang ditawarkan tak pernah naik. Kerap kali para pelanggan merasa heran karena harganya tak pernah berubah.

"Katanya orang jujur itu mujur. Malah banyak yang beli itu protes kok harganya nggak mundak-mundak to, Pak?," kata Parjan menirukan ucapan pembeli.

Walaupun hanya berjualan roti dan snack, setidaknya mereka masih bisa menyambung hidup.

Dari berjualan tersebut mereka biasa kantongi Rp 100 ribu. Dari berjualan pula, mereka bisa meluluskan putri mereka dari bangku SMK.

Meskipun masih ada kekurangan dana yang mesti ditanggung guna menebus ijazah yang masih ditahan.

Ketika kekurangan uang karena ada satu kebutuhan mendesak, Parjan dan Erni memilih mencari pinjaman di sebuah yayasan disabilitas.

Parjan dan Erni hanya bisa berharap, bila ada rezeki, mereka ingin menyewa ruko, atau malah bisa membeli ruko.

Agar mereka tak perlu lagi berkeliling guna menjajakan dagangan mereka. Mengingat umur mereka yang tak muda lagi. (*)

Halaman
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved