Warga Kampung Tujuh di Nglanggeran Tetap Pegang Teguh Adat di Tengah Globalisasi
Keberadaan tujuh kepela keluarga yang masih dijaga, ada banyak adat istiadat lain yang tetap dijaga seperti rasulan, tingalan, ledek (tayub), dan lain
TRIBUNJOGJA.COM - Tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) meneliti eksistensi masyarakat adat Kampung Tujuh di Desa Wisata Nglanggeran, Patuk, Gunungkidul.
Tim ini terdiri dari Anisa Eka Pratiwi, Sugeng Triyono, Imam Rezkiyanto, Achmad Sidiq Asad, dan Dyah Ayu Kholimah yang merupakan mahasiswa prodi Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum.
“Kelompok kami tertarik dengan penelitian ini karena di tengah arus globalisasi yang begitu kuat, suatu masyarakat di Dusun Nglanggeran Wetan, RT/RW 19/04, Desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul masih menjaga adat istiadat nenek moyang yang diturunkan secara turun temurun. Adat istiadat tersebut berupa kepercayaan yang sangat kuat dalam mempertahankan keberadaan tujuh kepala keluarga,” kata Anisa Eka Pratiwi, Ketua Tim Peneliti lewat rilisnya kepada tribunjogja.com.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kendala dalam menjaga eksistensi masyarakat adat Kampung Tujuh di tengah globalisasi.
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan metode etnografi.
Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara mendalam, studi pustaka, dan teknik dokumentasi,
Hasil penelitian sementara menunjukkan bahwa tempat tersebut sering dikenal dengan Kampung Tujuh.
Di mana penduduk yang tinggal tidak boleh lebih atau kurang dari tujuh kepala keluarga.
Selain keberadaan tujuh kepela keluarga yang masih dijaga, ada banyak adat istiadat lain yang tetap dijaga seperti rasulan, tingalan, ledek (tayub), dan lain-lain.
Oleh karena itu, tim ingin meneliti lebih dalam lagi tentang nilai-nilai yang masih dipertahankan oleh penduduk Kampung Tujuh. (tribunjogja.com)