Inilah Langkah Benar Obati Luka, Cara yang Biasa Ternyata Bahaya

Kalau dipengaruhi penyakit seperti diabetes, atau lanjut usia, kulit tak lagi sehat dan lentur sehingga penyembuhan luka terganggu.

Editor: oda
KOMPAS.com
Ilustrasi 

TRIBUNJOGJA.COM – Luka pada dasarnya mudah terpapar kuman atau mikroba lain seperti jamur. Namun, tergantung dari kesehatan kulit itu sendiri, luka biasanya sembuh tanpa perlu banyak diperhatikan.

Artinya, akan terbentuk kulit baru yang nantinya akan menutupi permukaan kulit yang terluka secara sempurna. Kok bisa?

Nah, hal itu dikarenakan tubuh yang sehat mempunyai mekanisme regenerasi luka sangat baik, yakni membentuk jaringan granulasi yang kemudian ditutup dengan jaringan epitel.

Namun, kalau dipengaruhi penyakit seperti diabetes, atau lanjut usia, kulit tak lagi sehat dan lentur sehingga penyembuhan luka terganggu.

Lalu, bagaimana cara mengatasi luka yang benar?

Menurut ahli, luka baru terutama yang kotor, sebaiknya dibersihkan dengan air dan sabun. Kemudian segera bersihkan dengan kain bersin, bukan tisu.

Sebabnya serpihan tisu atau bahan apa saja yang menempel di atas luka dapat menjadi tempat kuman berkembang biak. Akibatnya menghalangi tumbuhnya jaringan granulasi. 

Bila luka hanya berada di permukaan dan terdapat di bagian tubuh yang tidak bergerak, kadang kala ada baiknya untuk membiarkan luka terbuka.

Hal ini akan membuat penyembuhan luka jadi lebih cepat. Nah, antiseptik atau salep antibiotik sering tidak diperlukan kalau lukanya bersih.

Namun, kalau lukanya dalam atau kotor sebaiknya ditutup dengan kasa steril. Membersihkannya dengan air dan sabun juga dianjurkan, bila lukanya kotor dan baru terjadi.

Perdarahan sebaiknya dihentikan dengan cara menekan di tempat darah keluar dengan menggunakan kain kasa (steril bila ada) dan baru dilepas bila perdarahan sudah berhenti.

Menggunakan antiseptik untuk luka segar memang dapat dibenarkan untuk membunuh kuman yang ada. Sering juga banyak orang menggunakan salep antibiotik.

Namun, sebaiknya tidak perlu dilakukan pada tiap luka untuk menghindarkan timbulnya kekebalan kuman.

Dulu kita memakai “obat merah” berisi larutan merkurokrom yang dapat membuat luka (basah) menjadi kering. Mungkin, satu kali pemberian sudah cukup.

Sayangnya, kini merkurokrom tidak dibenarkan lagi karena mengandung senyawa merkuri organik yag dianggap sangat toksis terhadap otak.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved