Komunikarta
[KOMUNIKARTA] Pencak Silat Persatuan Hati, Bukan Sekadar Gagah-gagahan, Tapi Juga Kejar Prestasi
Tak hanya anak pria, anak perempuan juga turut serta dalam latihan pencak silat Perguruan Pencak Siilat Persatuan Hati
Penulis: app | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Puluhan anak-anak berkumpul di halaman satu rumah di Padukuhan Gabusan, Desa Timbulharjo, Kecamatan Sewon Bantul, Minggu (29/1/2017).
Mengenakan baju serba hitam, anak-anak yang rata-rata duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) tersebut kompak dalam berbagai gerakan.
Mulai dari kuda-kuda hinga tendangan mereka lakukan selaras mengikuti instruksi pelatih.
Tak hanya anak pria, anak perempuan juga turut serta dalam latihan pencak silat Perguruan Pencak Siilat Persatuan Hati tersebut.
Tidak ada raut wajah canggung meski olahraga ini identik dengan kaum adam.
Roni Paslah, salah satu pelatih menjelaskan perguruan pencak silat ini sudah berdiri sejak tahun 1912 dengan nama Be United. Semenjak tahun 1921 kemudian berganti nama menjadi Persatuan Hati.
Tidak hanya di Yogyakarta, Persatuan Hati juga terdapat di kota-kota lain seperti di Tegal, Ponorogo, dan Semarang.
Sementara pemilihan latihan di kampung Gabusan pada setiap hari Minggu dikarena alasan Persatuan Hati lahir di kampung tersebut.
Selain juga setiap Selasa dan Kamis melakukan latihan di Puri Kedaton Resto. Di mana dalam setiap latihan dibagi menjadi dua gelombang, anak-anak dan dewasa.
Di masa sekarang, Persatuan Hati selalu menekankan kepada sekitar 300 anggotanya bahwa pencak silat sebagai ajang mencari prestasi dan kesehatan. Pencak silat bukanlah ajang untuk menjadi jagoan ataupun gagah-gagahan.
"Era sekarang untuk kesehatan, bela diri dan prestasi. Orangtua memasukan anaknya bela diri untuk prestasi bukan untuk ampuh-ampuhan," ujarnya.
Dalam mengeluti pencak silat, lanjur Roni setiap peserta harus menempuh berbagai tahapan yang panjang mulai dari gerak dasar, menyama langkah hingga jurus. Lama proses tersebut tergantung dari masing-masing individu, mulai dari kemauan hingga bakat.
"Gerak dasar membutuhakan waktu yang lama karena di bagi tiga yaitu depan, samping, dan belakang dan itu masih dibagi tiga lagi yaitu atas, tengah dan bawah. Setelah menguasai baru naik ke menyama langkah. Tergantung kemampuan anak-anak," ujarnya.
Sementara itu untuk atlet, setiap pelatih diharuskan selektif dalam memilih. Karena menurut Roni, tidak semua anak memiliki bakat dan potensi.
Anak-anak yang mulai tampak kemampuannya dan berpotensi menjadi atlet akan diberi porsi tambahan.
"Banyak juara dari nasional sampai internasional lahir di sini mulai kejuaraan dunia, Sea Games dan juga Popnas bagi pelajar. Dulu ada atlet Purwowarsono dan lain-lain. Mereka berawal dari sini," lanjutnya. (*)