Pemain PSIM Ini Ingin Bertahan di Yogya Sembari Kuliah
Selain memiliki skill yang mempuni, Edo juga dikenal sebagai pemain yang memiliki timing tepat dalam mengantisipasi bola bawah maupun atas.
Penulis: Hari Susmayanti | Editor: oda
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Penampilan center back PSIM, Edo Pratama dalam ajang Indonesia Soccer Championsip(ISC) B lalu cukup mengesankan.
Berduet dengan Sunni Hisbullah, Edo selalu menjadi pilihan utama pelatih selama mengarungi Indonesia Soccer Championsip (ISC) B.
Dengan tinggi badan 175 centimeter, Edo menjadi benteng pertahanan yang kuat bagi PSIM.
Tak hanya bola bawah, pemain kelahiran Sleman 11 Mei 1995 itu juga tangguh berduel bola-bola atas.
Selain memiliki skill yang mempuni, Edo juga dikenal sebagai pemain yang memiliki timing tepat dalam mengantisipasi bola bawah maupun atas.
Berkat kemampuannya tersebut, lini belakang PSIM lebih kokoh dan sulit untuk ditembus pemain lawan.
Dengan usia yang masih sangat muda, kemampuannya diyakini masih akan terus berkembang seiring bertambahnya jam terbang. Diapun menjadi salah satu aset yang berharga bagi PSIM.
Berkat penampilannya yang menawan tersebut, jelang musim kompetisi 2017, Edo pun menjadi salah satu pemain yang direkomendasikan oleh sang pelatih untuk dipertahankan oleh manajemen.
Dia menjadi salah satu pilihan utama untuk mengisi lini belakang bersama Sunni Hisbullah.
Keinginan manajemen untuk mempertahankan Edo bukannya tanpa halangan. Sejumlah klub luar DIY juga banyak yang tertarik untuk menggunakan jasa pemain asli Sleman tersebut.
Namun meski banyak digoda oleh tim lain, pemain yang mengawali karir sepakbola di SSB AMS Sayegan itu mengaku masih setia untuk bertahan bersama Laskar Mataram.
"Ada beberapa tim yang menghubungi, tapi untuk sekarang, PSIM masih menjadi pilihan utama saya," katanya saat ditemui di Wisma PSIM, Sabtu (14/1/2016).
Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta ini mengaku dirinya sudah merasa nyaman berada di PSIM.
Selain sudah memiliki chemistry dengan pemain-pemain lainnya, pilihannya untuk bertahan ini karena ingin segera menyelesaikan kuliahnya.
Dengan bertahan di PSIM, Edo tetap bisa menjalani dua profesi sekaligus, yakni sebagai mahasiswa serta sebagai pemain sepakbola.
