Tiap Bulan SAR DIY Menerima Informasi Kecelakaan

Relawan yang terlibat sebagai tim penyelamat diharuskan memiliki kualifikasi dan sertifikasi, misalkan untuk tim penyelam maupun tim vertical rescue.

Penulis: Kurniatul Hidayah | Editor: oda
tribunjogja/kurniatul hidayah
Komandan SAR DIY, Brotoseno ketika menunjukkan peralatan evakuasi di Kantor SAR DIY. 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Sepanjang tahun 2016, tercatat accident atau kecelakaan di DIY yang ditangani tim SAR DIY meliputi kecelakaan laut, tenggelam di embung, jatuh di gua, jatuh ke dalam sumur, dan sebagainya.

Relawan yang terlibat sebagai tim penyelamat diharuskan memiliki kualifikasi dan sertifikasi, misalkan untuk tim penyelam maupun tim vertical rescue.

Hal tersebut diungkapkan Kepala Instruktur SAR DIY, Eko Susilo bila relawan dengan kualifikasi tersebut dikelompokkan.

Rata-rata satu kelompok terdiri dari 15 orang, yang mana nantinya masing-masing personil akan diberikan pembagian tugas.

"Dengan jumlah segitu, kami rasa saat ini sudah cukup karena nantinya juga akan dibagi-bagi agar bisa melakukan evakuasi," terangnya, belum lama ini ketika ditemui di Kantor SAR DIY.

SAR tidak bekerja sendirian saat menangani kecelakaan. Eko mencontohkan, pihaknya memikiki jejaring.

Misalkan untuk penanganan kecelakaan di air, maka selain tim water rescue SAR, yang dilibatkan dalam evakuasi tersebut adalah komunitas selam.

"Kami hanya memiliki 4 set peralatan menyelam. Tapi selama ini, itu cukup karena SAR berkoordinasi dengan jejaringnya," ungkap Eko.

Komandan SAR DIY, Brotoseno mengatakan bahwa SAR DIY ada untuj menangani kasus kecelakaan dan juga bencana. Khusus bencana, pihaknya melakukan koordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).

"Kalau dilihat selama 2016 ini memang banyak kecelakaan dibanding bencana. Kalau kecelakaan, hampir tiap bulan kami menerima informasi kecelakaan," jelasnya.

Sebagai tim yang terbentuk berdasarkan Surat Keputusan (SK) Gubernur tiap tiga tahun sekali, dikatakan Brotoseno bahwa biaya yang mereka keluarkan untuk keperluan operasional, bersumber dari kantong pribadi.

"Di sini kami relawan, bekerja tanpa menuntut imbalan. Sementara untuk peralatan, kami mendapat bantuan, baik dari BPBD maupun beberapa relasi SAR," bebernya.

Brotoseno menjelaskan bahwa saat ini alat yang dimiliki SAR DIY untuk menangani bencana sudah cukup. Namun ada satu set peralatan penting yang ia harapkan segera dimiliki SAR DIY.

"Berkaca dari kasus jatuhnya pendaki di Merapi, kami belum punya baju dan sepatu tahan api serta alat bantu pernafasan yang bisa mengamankan relawan dari gas berbahaya di kawah. Dibutuhkan setidaknya 15 set," tuturnya.

Terlepas dari itu, relawan SAR DIY yang jumlahnya tak kurang dari 2.000 orang tersebut, juga dilatih tentang kebencanaan.

Sumber: Tribun Jogja
Halaman
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved