Jadi Pemulung, Penjual Sandal Hingga Penjual Roti Dilakoni Sriana Demi Hidupi Keluarganya

Boleh cari rongsokan tapi jangan minta. Kalau ada yang kasih, alhamdulillah

Kontributor Malang, Andi Hartik
Sriana (41) saat mengajari anak bungsunya membaca didampingi suaminya, Suwarno (55) yang sakit saraf dan tidak bisa apa - apa, Minggu (24/7/2016) di rumahnya, Jalan Muharto gang 6 nomor 13 RT 13 RW 7 Kelurahan Jodipan, Kecamatan Blimbing, Kota Malang, Jawa Timur 

Meski berjualan roti belum membuat ekonomi Sriana membaik, ia mengaku pantang untuk meminta-minta. Baginya, menjadi pemulung lebih baik dibanding mengemis.

"Boleh cari rongsokan tapi jangan minta. Kalau ada yang kasih, alhamdulillah," tegasnya.

Namun begitu, hingga kini ia belum mendapat solusi terkait pengobatan suaminya. Alhasil, suaminya harus rutin kontrol ke Rumah Sakit Tentara Dr Soepraoen, Kota Malang.

"Kadang dokternya yang datang ke sini," katanya.

Sebenarnya ada cara untuk menyembuhkan penyakit saraf yang diderita suaminya itu. Yaitu dengan menjalani terapi. Sayang, biayanya terlalu mahal hingga ia tak mampu membayar.

"Kalau terapi tidak punya uang. Satu minggu Rp 750.000. Tidak mampu. Dulu terapi cuma dua minggu setelah itu tidak lagi," paparnya.

Sementara itu, Juliastuti, anak bungsu Sriana mengaku senang ikut ibunya keliling berjualan roti.

"Senang ikut ibu. Kalau di rumah tidak enak," katanya.

Namun begitu, saat ia merasa capek di jalan, Ia akan meminta ibunya berhenti dan beristirahat.

"Kalau capek berhenti dulu istirahat," ungkapnya.

Karena selalu ikut ibunya berjualan, Juliastuti selalu tidur dini hari. Tapi hal itu tidak mengganggu sekolahnya. Sebab Pukul 6.00 WIB ia sudah bangun dan berangkat sekolah. (*)

Sumber: Kompas.com
Halaman 3/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved