BPJS Goes To School di SMP Negeri 1 Wonosari

Peningkatan ini dimanfaatkaan oleh BPJS Kesehatan untuk mengoptimalkan potensi bonus demografi melalui sektor kesehatan.

Penulis: Rendika Ferri K | Editor: Muhammad Fatoni
BPJS
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Rendika Ferri K

TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Bonus demografi atau naiknya jumlah penduduk usia produktif semakin meningkat dari tahun ke tahun.

Peningkatan ini dimanfaatkaan oleh BPJS Kesehatan untuk mengoptimalkan potensi bonus demografi melalui sektor kesehatan.

Melalui program BPJS Kesehatan Goes To School, kampanye pola hidup sehat pun digencarkan kepada sekolah-sekolah di Yogyakarta demi meningkatkan potensi bonus demografi yang ada.

Seperti yang dilakukan di SMP Negeri 1 Wonosari. Pelajar diajak untuk menanamkan nilai budaya dan gotong royong. Selain itu, siswa juga diajak untuk menerapkan pola hidup sehat sejak dini.

Direktur Kepesertaan dan Pemasaran BPJS Kesehatan, Andayani Budi Lestari, mengatakan, usia remaja merupakan usia paling rentan dan rawan terpengaruh lingkungannya. Oleh karena itu, sedari dini, anak sebaiknya untuk terus diedukasi terkait pola hidup sehat.

"Tahun 2015, sebanyak 16,9 triliun atau 29,67% dana jaminan kesehatan terserap untuk membiayai penyakit katastropik seperti penyakit jantung, gagal ginjal, kanker, dan stroke. Penyebabnya karena perilaku tak sehat seperti merokok, makanan tak sehat atau kurang olahraga.

Kalau dibiarkan bisa merusak kualitas kesehatan pendudk indonesia dan keberlangsungan program JKN-KIS," UJAR Andayani, dalam acara BPJS Kesehatan Goes To School di SMP N 1 Wonosari, Kamis (21/7).

Selain edukasi tentang pola hidup sehat, kegoatan BPJS Kesehatan Goes To School jiga diharaplan dapat membentuk serta meningkatkan rasa kepedulian, kerelaan membantu sesama, dan gotong royong dalam diri para pelajar, terutama dalam hal pelaksanaan program jaminan kesehatan di Indonesia.

"Jika ada satu peserta JKN-KIS operasi jantung dengan biaya sekitar Rp 160 juta, dengan iuran rata-rata Rp 51ribu maka diperlukan 3.737 orang peserta JKN-KIS yang sehat dan membayar iuran. Kalau hanya yang sakit saja membayar iuran, sementara yang sehat tidak membayar iuran, dari mana kita bisa membayar biaya pelayanan kesehatan pesertalainnya yang membutuhkan," tutur Ani.

Terakhir Ani berharap, peran generasi muda untuk mengawal keberlangsungan prorgram JKN-KIS di Indonesia. Ia berharap generasi muda dapat menanamkan rasa kepedulian dan gotong royong dalam jiwa pelajar sekak dini.

Sementara itu, Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Wonosari, Agus Suryono, menyambut baik acara tersebut. Dikatakannya siswa dapat termotivasi untuk terus belajar lebih giat demi meraih cita-citanya. Salah satunya dengan hidup sehat dan positif.

Ia juga menambahkan, nilai budaya gotong royong dan kepedulian terhadap sesama juga mutlak diperlukan untuk meraih hidup yang sehat.

"Hidup yang sehat dan positif, adalah salah satu syarat mutlak diperlukan untuk meraih cita-cita. Tak hanya itu, gotong royong dan kepeduliaan, itu semua yang terus kita tanamkan kepada siswa-siswa kita sedari dini," tutur Agus. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved