Narasi Indah Islandia di Piala Eropa

Islandia Mendobrak Tim Mapan

Suporter Islandia

SESAAT sebelum Euro 2106 dihelat, dengan mantap saya menjawab "Islandia!" ketika ditanya teman kantor tim nasional mana yang akan didukung.

Bukan tanpa alasan saya memilih negeri es ini. Pertama adalah kecintaan terhadap tim-tim kecil yang jarang sekali didukung para suporter dari negeri ini.

Dukungan terhadap Islandia sama halnya dengan semangat saya mendukung Athletic Bilbao (Spanyol), SC Bastia (Prancis).

Satu-satunya tim besar yang saya bela adalah Barcelona--Di semua klub itu ada nafas 'pemberontakan' terhadap kemapanan dan penjajahan ideologis dari penguasa.

Selain itu, di babak kualifikasi jelas jika Islandia menampilkan kualitas luar biasa. Islandia menempati runner up Grup A, hanya tertinggal 2 poin dari Republik Ceko di posisi pertama dan unggul 2 poin dari Turki di peringkat ketiga.

Tentu saja mengangkangi Belanda di grup yang sama, dan membuat negeri kiblat totalvoetbal ini hanya sebagai penonton di Piala Eropa kali ini.

Masuk ke putaran final, Islandia dihadapkan dengan fakta bahwa mereka adalah tim dengan peringkat FIFA terendah di Grup F.

Di sana bercokol Portugal (peringkat 7), Austria (21), Hongaria (41).Sedangkan Islandia ada di peringkat 47 Fifa saudara-saudara!

Tapi kemudian kita tahu bersama di pertandingan pembuka grup melawan Portugal, Cristiano Ronaldo dipaksa menjadi pemain besar bermental kurcaci dengan pernyataannya seusai pertandingan jika Islandia adalah tim kecil karena hanya mampu bertahan.

Hasil akhir 1-1 di laga itu, nir gol dari CR7, serta nyanyian dari 33 ribu suporter Islandia merupakan segregasi nyata siapa sejatinya yang kerdil di sini.