Menikmati Sate Klathak Pak Bari, Tempat Nyate Rangga dan Cinta di AADC 2
Setelah muncul di film AADC dalam sehari warung makan ini bisa menghabiskan delapan hingga 10 ekor kambing.
Penulis: Hamim Thohari | Editor: Ikrob Didik Irawan
Laporan Reporter Tribun Jogja, Hamim Thohari
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Malam itu di salah satu sudut pasar Jejeran, yang berada cukup jauh dari pusat kota Yogyakarta, tepatnya berada di desa Wonokromo, Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul masih terlihat ramai.
Beberapa kendaraan roda empat tampak terpakir di jalan yang berada di tengah pasar.
Sedang di selasar pasar tradisional tersebut tampak cukup banyak orang, meski sudah tidak ada penjual sayur ataupun sembako.
Orang-orang tersebut adalah para pelanggan sate klathak Pak Bari yang rela antri untuk mendapatkan seporsi sate unik ini.
Bagi masyarakat Yogyakarta, sate klathak mungkin sudah banyak yang mengenalnya. Tetapi bagi orang di luar Yogyakarta, mungkin masih sedikit asing, karena sate jenis ini memang khas daerah Jejeran.

Tribun Jogja/Hamim Thohari
Pak Bari
Sejatinya sate klathak adalah sate kambing yang dibakar di atas bara api, yang membuatnya unik adalah tusukannya.
Alih-alih menggunakan bambu, sate ini menggunakan jeruji roda sepeda sebagai tusukan sate.
Di kawasan Jejeran memang banyak penjual sate klathak, tetapi salah satu yang paling terkenal adalah milik Sabari dengan warungnya yang terkenal dengan nama Pak Bari.

Tribun Jogja/Hamim Thohari
Suasana warung sate Klathak Pak Bari
Generasi Ketiga
Dijelaskannya, dirinya adalah generasi ketiga yang berjualan sate klathak. "Dulu yang pertama kali berjualan sate klathak adalah simbah saya. Kemudian diteruskan olah bapak, kemudian saya," ujarnya.
Sebelum dikenal dengan nama sate klathak, sate jenis ini dikenal dengan nama sate uyah. Hal tersebut karena sate ini hanya dibumbui menggunakan garam (uyah) sehingga menambah keunikan sate klathak.
Lebih lanjut Pak Bari mengatakan, awalnya penggunaan jeruji roda sepeda sebagai tusuk satenya agar tidak repot membuat tusuk dari bambu.
Tetapi dengan penggunaan jeruji yang terbuat dari besi menghasilkan daging yang matang sempurna hingga ke dalam daging, karena sifat besi yang menghantarkan panas.

Tribun Jogja/Hamim Thohari
Pembakaran sate klathak
Terkait dengan penamaan klathak, baru diberikan saat Pak Bari yang meneruskan usaha kuliner tersebut sejak tahun 1992.