Konflik Gua Pindul
Pengelolaan Obyek Wisata Gua Pindul Kembali Memanas
Warga Dusun Gelaran yang hendak mendirikan lapak jualan di lokasi parkir Gedong ditolak oleh warga lainnya.
Penulis: Hari Susmayanti | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Carut marut pengelolaan obyek wisata Gua Pindul, Desa Bejiharjo, Karangmojo belum menemui titik terang.
Setelah konflik perebutan hak pengelolaan antara Atiek Damayanti dengan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul mereda, permasalahan muncul kembali.
Kali ini permasalahan muncul antarpengelola. Bahkan konflik hampir berujung kontak fisik terjadi dua kali.
Warga Dusun Gelaran yang hendak mendirikan lapak jualan di lokasi parkir Gedong ditolak oleh warga lainnya.
Permasalahan pendirian lapak jualan ini sudah terjadi dua kali, yakni pada Kamis (7/4/2016) sore dan Jumat (8/4/2016) pagi.
Pada Kamis sore, warga Dusun Gelaran yang tergabung dalam sekretariat Gelaran Indah (GI) hendak mendirikan lapak jualan di lokasi parkir Gedong.
Namun rencana tersebut batal dilaksakan karena ada penolakan dari pengelola Pokdarwis Dewa Bejo. Untuk menghindari kontak fisik, akhirnya pihak kepolisian dari Polsek Karangmojo berjaga-jaga di lokasi.
Setelah sempat mereda, pada Jumat pagi, warga yang sebelumnya menghentikan rencana pembangunan lapak berencana untuk kembali mendirikan lapak.
Warga sudah membawa batang bambu serta gerobak untuk berjualan di lokasi sengketa. Ada tujuh lokasi yang dipatok untuk berjualan oleh warga.
Namun karena situasi kurang kondusif, warga akhirnya kembali menghentikan kegiatannya. Petugas Kepolisian, TNI serta Satpol PP yang mengetahui muncul gejolak di lokasi Parkir Gedong langsung datang untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.
Puluhan petugas gabungan terus berjaga di lokasi kejadian untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.
Ketua RT 04 Dusun Gelaran I, Aris mengaku permasalahan pendirian lapak jualan ini terjadi karena ditolak oleh sebagian warga.
Namun setelah diberi pengertian, sebagian warga yang hendak mendirikan lapak akhirnya bisa mengerti dan tidak jadi mendirikan bangunan.
“Kita sudah beri pengertian, tanah yang akan didirikan lapak itu SG (Sultan Ground), itu juga jadi lokasi salat ied. Akhirnya warga bisa mengerti,” katanya.
Belum selesai permasalahan pendirian lapak, permasalahan baru muncul setelah puluhan joki wisata ikut menggeruduk sekretariat Pokdarwis Dewa Bejo.