Proposal UAD Jadi yang Terbanyak Diterima Kopertis V

Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menduduki peringkat pertama perolehan dana hibah penelitian dari Dikti, yakni sebanyak 62 proposal yang diterima.

Penulis: Kurniatul Hidayah | Editor: oda
Tribun Jogja/Rona Rizkhy Bunga Chasana
Universitas Ahmad Dahlan (UAD). 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Kurniatul Hidayah

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Pada 2016 ini, Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menduduki peringkat pertama perolehan dana hibah penelitian dari Dikti, yakni sebanyak 62 proposal yang diterima.

Jumlah tersebut meningkat dari tahun 2015 yang hanya berjumlah sekitar 30 proposal.

Peningkatan yang mencapai 100 persen tersebut dikatakan Kepala Lembaga Penelitian dan Pengembangan (LPP) UAD, Dr Widodo MSi, tidak lepas dari peran para dosen yang memiliki antusias tinggi terhadap penelitian.

"Proposal UAD menjadi yang terbanyak diterima Kopertis V. Ada beberapa langkah yang harus ditempuh untuk menumbuhkan kesadaran dosen untuk mau terjun ke lapangan dan melakukan penelitian," terangnya kepada Tribun Jogja, belum lama ini.

Pertama, imbuhnya, memunculkan daya tarik dalam penelitian, yakni dosen harus melakukan penelitian jika ingin naik jabatan.

Kedua, LPP membangun suasana pelayanan yang baik, sehingga dosen dengan senang hati datang ke LPP. Ketiga, LPP tidak menolak proposal dosen yang masuk, melainkan melakukan pembinaan.

Ke depan, Pusat Studi tidak hanya menghasilkan output berupa buku dan jurnal, namun juga terkait paten. Dalam hal ini, UAD telah memiliki Sentra Hak Kekayaan Intelektual (HKI), yang akan membantu visi penelitian UAD yang berbasis HKI.

"Strategi yang disusun adalah menggali potensi HKI pada penelitian mahasiswa pascasarjana, mahasiswa pada PKM-nya, dan potensi HKI di kalangan doktor," tandas Kepala Sentra HKI, Dr Kintoko SF MSc Apt.

Selain itu, strategi lain yang diterapkan adalah melakukan pemerataan paten di tiap Fakultas yang ada di UAD, yakni dengan menerapkan aturan 1 paten per tahun untuk satu fakultas.

"Ada juga klinik paten, yakni fasilitas pelayanan yang dibuat untuk memfasilitasi dosen yang mengajukan paten. Mengurus paten ini butuh waktu lama, tiga hingga lima tahun. Jadi adanya klinik paten ini sangatlah membantu," imbuhnya.

Sementara itu, Rektor UAD, Dr H Kasiayarno MHum, mengatakan bahwa penelitian adalah darah setiap akademisi yang harus terus mengalir di seluruh tubuh sehingga terus terjadi kehidupan akademik.

"Ini artinya seorang akademisi tidak boleh berhenti meneliti, karena ketika akademisi berhenti meneliti, maka berhentilah sejarah kehidupannya dan sama saja dengan kehilangan makna kehidupannya," ujar Kasiayarno. (tribunjogja.com)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved