Tribun Corner

Jalur Independen Menantang Parpol

Kepercayaan terhadap partai politik yang terus merosot membuat publik ingin mencari jalan alternatif

Penulis: ufi | Editor: Muhammad Fatoni
net
Ilustrasi 

TRIBUNJOGJA.COM - Kepercayaan terhadap partai politik yang terus merosot membuat publik ingin mencari jalan alternatif dalam suksesi kepemimpinan di Kota Yogya dalam Pilwakot 2017 mendatang.

Sekelompok orang saat ini tengah giat membangun sebuah gerakan yang mereka namakan sebagai Gerakan Jogja Independen bakal mendata, mengumpulkan dan kemudian mengkonvensi tokoh-tokoh tersebut untuk dipilih dan akhirnya diusung menjadi bakal calon wali kota Yogyakarta melalui jalur independen.

Gerakan ini tampaknya juga tak lepas dari langkah Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama yang mendeklarasikan diri maju kembali menjadi Gubernur DKI melalui jalur independen.

Sosok Ahok yang terkesan tegas, bersih rupanya mampu menjadi inspirasi publik Yogya untuk menentukan wali kota mereka di luar jalur partai politik.

Ahok tampaknya memang menjadi momentum semangat Gerakan Jogja Independen ini untuk mencoba melawan dominasi partai politik dalam mengusung pemimpin daerah.

Jalur independen diharapkan mampu memberikan alternatif pemimpin yang total mendedikasikan kepemimpinannya kepada masyarakat, bukan lagi ke partai politik.

Untuk jalur independen, Yogya sebenarnya bisa belajar Gunungkidul. Dimana Dalam Pilkada 2015 lalu, pasangan Benjamin Sudarmaji dan Mustangid sukses bertanding melalui jalur non parpol.

Meskipun pada akhirnya kalah, namun semangat Benjamin Sudarmaji dan Mustangid layak diapresiasi.

Selain yang dilawan adalah incumbent, kekalahan dari pasangan di Gunungkidul tersebut juga lantaran momentum yang tidak pas. Langkah Benjamin Sudarmaji dan Mustangid mungkin bisa jadi berbeda jika Pilkada di Gunungkidul berlangsung saat ini. Keputusan Ahok yang sejauh ini dikenal tegas benar-benar mampu menjadi momentum bagi calon independen.

Untuk Gerakan Jogja Independen satu catatan yang harus digarisbawahi adalah semangat awal yang mereka bawa. Mereka harus memelihara semangat gotong royong mencari pemimpin ideal yang benar-benar dari rakyat dan mengabdi kepada rakyat.

Nantinya, jika memang calon yang diusung ini sukses mengantarkan wali kota, maka Gerakan Jogja Independen ini harus kembali cair dan tidak menjadi sebuah organisasi atau lembaga yang akan berubah fungsi menjadi benalu bagi pemimpin yang diusung.

Jika hal tersebut tidak dilakukan, maka yang terjadi, mereka tak ubahnya sebagai partai politik yang akan selalu menagih janji politik secara transaksional kepada wali kotanya.

Untuk itu, sebelum melangkah untuk mencari pemimpin yang memiliki kredibilitas, tampaknya mereka yang tergabung dalam gerakan ini juga harus berkaca, melihat kanan dan kiri di sekitar mereka yang tergabung di organisasi tersebut.

Apakah kira-kira masih ada orang yang bermental partai politik yang tersingkir dari partai politik di gerakan tersebut?

Jika memang ada, kita patut berdoa semoga keberadaan mereka bukan lantaran sakit hati lantaran tersingkir di parpol yang sebelumnya mereka ikuti, namun memang karena sebuah keinginan tulus untuk membangun Kota Yogyakarta. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved