Tribun Corner

Resegmentasi di Pasar Kembang

Kemensos menilai Sarkem sebagai bentuk lokalisasi yang harus bersih sebelum 2019.

Penulis: ufi | Editor: Muhammad Fatoni
www.hipwee.com
Jalan Pasar Kembang 

TRIBUNJOGJA.COM - kawasan Pasar Kembang atau yang lebih familier disebut dengan Sarkem rupanya menjadi target dari Kementerian Sosial untuk dibersihkan.

Kemensos menilai Sarkem sebagai bentuk lokalisasi yang harus bersih sebelum 2019.

Menindaklanjuti kebijakan Kemensos ini, Pemkot rupanya juga mulai mengambil langkah. Satu di antaranya adalah melakukan pendataan terhadap penghuni di kawasan yang berada di ujung utara Malioboro tersebut.

Melihat perkembangannya, Sarkem saat ini jauh berbeda dengan Sarkem satu dekade lalu. Sarkem saat ini lebih sering terlihat sepi dibanding sebelumnya. Jarang sekali terdengar hingar bingar musik dangdut di kawasan tersebut.

Aktivitas yang juga sudah hilang dari kawasan tersebut adalah perjudian. Tak perlu dipungkiri, toto gelap yang beredar setiap hari dulu diundi di kawasan tersebut. Bahkan kompinasi empat bola pingpong bernomor tersebut dikerek di depan balai RW di kawasan tersebut.

Setiap menjelang pukul 23.00, aktivitas prostitusi di kawasan tersebut berhenti sejenak. Ratusan bahkan mungkin ribuan orang berkumpul di sekitar tiang yang dipajang di sekitar balai RW.

Mereka menunggu petugas membuka empat bola pingpong yang diletakkan di paralon dan kemudian dibungkus kain hitam.

Mereka ingin sekali tahu dari dekat kombinasi angka yang keluar dari empat bola pingpong tersebut. Namun sejak kira-kira 2006, aktivitas tersebut hilang seiring dengan diberantasnya perjudian, utamanya judi ketangkasan.

Meski kini toto gelap juga masih beredar, namun pengundiannya tak lagi dilakukan di Sarkem.

Terkait kativitas prostitusi, Sarkem ini juga sudah redup. Atau barangkali istilah yang tepat, Prostitusi di Sarkem sudah mengalami resegmentasi. Jika sebelumnya, segmen yang "jajan" di kawasan ini lebih general, kali ini segmentasi sarkem sudah fokus ke menengah ke bawah.

Ini tak lain lantaran untuk "penjajan" kelas menengah keatas sudah diwadahi oleh "gerai-gerai" lain yang berkedok rumah bugar, rumah spa atau yang lainnya yang lebih elitis. Lokasi gerai-gerai ini rata-rata juga jauh dari Sarkem yang rata-rata mengarah ke Sleman.

Sesuai dengan segmen dan tarifnya, tentu layanan dan juga privasi di "gerai-gerai" esek-esek ini lebih menjanjikan. Selain pekerjanya juga relatif lebih muda, maka tampilan dari pekerja maupun tempatnya juga jauh lebih memikat.

Yang berbeda, "gerai-gerai" pengganti Sarkem tersebut, apapaun kedok yang dipakai memberikan pemasukan melalui pajak ke pemerintah.

Hasilnya, keberadaan mereka tentu tak akan pernah diusik, meskipun secara kasat mata dan mudah untuk menelusurinya, aktivitas yang ada di dalamnya adalah prostitusi terselubung.

Sementara di Sarkem, pengambil kebijakan bisa dengan mudah melakukan penggususuran dengan mengatasnamakan kemanusian, kesehatan, sosial atau apapun.

Sedangkan untuk rumah spa atau apapun namanya yang jelas-jelas sama-sama dijadikan praktik prostitusi, tutup mata adalah pilihan yang paling aman. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved