Relawan Pemungut Sampah Visual Yogyakarta

JGS sedang fokus membersihkan sampah visual. Dalam sekali pemungutan, rata-rata JGS bisa mengumpulkan hingga 3 karung sampah.

Penulis: gil | Editor: oda
dokpri
Relawan Jogja Garuk Sampah mencopoti sampah visual di Jembatan Layang Lempuyangan Yogyakarta, Minggu (21/2). 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Ikrar Gilang Rabbani

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Walaupun sudah ada dinas kebersihan untuk memunguti sampah, namun tetap saja sampah masih bertebaran di Yogyakarta.

Namun Bekti Maulana (18) malah dengan sigap memunguti sampah-sampah yang bukan tanggung jawabnya.

Bekti yang ditemui Tribun Jogja, Minggu (21/2/2016) seusai memunguti sampah di kawasan Kridosono adalah relawan sekaligus pengurus dari Jogja Garuk Sampah (JGS).

Sebuah aktivitas yang mengangkuti sampah-sampah di jalanan Yogyakarta secara sukarela.

"Program andalan kami adalah Ngonthel yakni nggowes sambil nethel (bersepeda sambil mencopoti sampah visual). Jadi kegiatan kami membersihkan sampah visual seperti poster-poster yang menempel di dinding maupun tiang rambu lalu lintas," tutur Bekti.

Selain poster, JGS juga memotong tali-tali bekas pemasangan spanduk yang luput dibersihkan dinas kebersihan.

JGS sedang fokus membersihkan sampah visual. Dalam sekali pemungutan, rata-rata JGS bisa mengumpulkan hingga 3 karung sampah.

"Bahkan dalam di satu persimpangan jalan saja, bisa mengumpulkan satu karung," kata Bekti.

JGS Rutin melalukan pemungutan setiap Rabu malam. Biasanya, JGS mumasatkan diri memungut sampah di persimpangan jalan besar yang memungkinkan banyak sampah visual masih tertempel.

Modal yang digunakan JGS hanya berupa air sabun dan penggosok seperti sendok semen.

JGS sudah berdiri sejak satu tahun lamanya. Sudah tidak terhitung berapa relawan yang meramaikan komunitas ini.

"Kami mencoba syiar dalam langkah nyata bukan sekedar komentar soal kebersihan. Relawan yang kebnayakan mahasiswa ini mempunyai hati nurani untuk membersihkan Yogyakarta dari sampah berserakan," tutur Kedung, selaku penasihat JGS.

Setelah mengumpulkan sampah, JGS lalu menaruh sampah di TPS terdekat atau diberikan ke pemulung.

"Kegiatan kami tidak ingin mematikan rezeki seseorang, karena itu sering sampah yang kami kumpulkan, disumbangkan ke pemulung. Kita tidak mengambil keuntungan sedikitpun dari sampah yang dikumpulkan," ujar Kedung.

Bekti dan Kedung sama-sama berprinsip kegiatannya hanya ingin membuat kota Yogyakarta bersih dari sampah yang berserakan.

"Yogyakarta kan katanya kota wisata, jangan sampai ada sampah berserakan," tutur Kedung. (tribunjogja.com)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved