Gerhana Matahari Total 2016
Tugu Tempat Strategis Mengamati Gerhana Matahari
Komunitas Penjelajah Langit melakukan survey lokasi di Kota Yogyakarta, yang dirasa paling sesuai digunakan sebagai tempat pengamatan kelak.
Penulis: Kurniatul Hidayah | Editor: oda
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Gerhana matahari total yang bisa diamati di Indonesia pada 9 Maret 2016 nanti, menjadi momen yang paling ditunggu-tunggu.
Pasalnya, butuh waktu 350 tahun gerhana matahari total melewati tempat yang sama.
Walaupun masyarakat Yogya tidak dapat melihat gerhana matahari total, mereka tetap bisa menikmati gerhana matahari sebagian di mana sekitar 81 persen lempengan bulan menutupi piringan matahari.
Tak mau melewatkan hal langka tersebut, Komunitas Penjelajah Langit melakukan survey lokasi di Kota Yogyakarta, yang dirasa paling sesuai digunakan sebagai tempat pengamatan kelak.
Survey dilakukan pada Sabtu (20/2/2016) pagi, sekitar pukul 06.00 hingga 08.20 WIB. Tempat yang mereka pilih adalah di pusat kota, yakni Tugu Paal Putih.
"Tugu ternyata menjadi lokasi yang strategis untuk mengamati Gerhana Matahari karena tidak terhalang pohon atau bangunan. Selain itu, kami mengambil latar Tugu karena selain menjadi ikon Yogja, Tugu memiliki kriteria yang tepat untuk melihat setiap proses gerhana," jelas Ketua Komunitas Penjelajah Langit, Eko Hadi Gunawan.
Rencananya, lokasi pengamatan berada di sebelah barat Tugu dan menghadap ke timur. Piringan bulan mulai menyentuh bulatan matahari pada 06.20 WIB.
Kemudian secara perlahan mulai tertutup sempurna pada 07.23 WIB. Bulan akan mulai meninggalkan piringan matahari pada 08.35 WIB. Ada rentang waktu sekitar dua jam untuk bisa menyaksikan fenomena tersebut.
Komunitas Penjelajah Langit mengajak masyarakat Yogya untuk berkumpul di Tugu pada 9 Maret 2016 mendatang dan menyaksikan fenomena tersebut menggunakan teknik pinhole.
"Sebisa mungkin sudah berkumpul pada pukul 06.00 WIB karena kontak awal gerhana pukul 06.20 WIB. Kami juga menyediakan pinhole, tapi tidak banyak. Masyarakat bisa membuat sendiri dengan tutorial yang kami bagikan di website dan sosial media kami," imbuh Eko.
Cara kerja pinhole, lanjut Eko, dengan melewatkan cahaya matahari pada lubang sempit dan diproyeksikan pada bidang datar. Pinhole yang paling sederhana bisa dibuat dengan menggunakan dua kertas.
Satu kertas dilubangi sebesar lubang jarum dan cahaya matahari yang melewati lubang sebesar jarum akan membentuk bayangan cakram matahari yang terpantul pada kertas kedua di bawah atau belakangnya.
Sementara itu, Eko melanjutkan bahwa faktor cuaca yang tak bisa diprediksi bisa menjadi halangan masyarakat ketika melakukan pengamatan kelak.
"Kalau cuaca berawan atau bahkan hujan, kami akan kesulitan nantinya," tandasnya.
Guna memberikan bekal dan pemahaman terhadap masyarakat, Komunitas Penjelajah Langit yang bekerjasama dengan Pemkot Yogya, BMKG, serta BPPD menggelar workshop tentang gerhana matahari di Taman Pintar pada 28 Februari 2016. (tribunjogja.com)