Gerhana Matahari Total 2016

Gerhana Matahari dan Batara Kala

Menurutnya masyarakat di lingkungannya mempercayai bahwa gerhana matahari terjadi karena dewa jahat, Bethara Kala sedang memakan matahari.

Penulis: mrf | Editor: oda
net
Ilustrasi Batara Kala makan Matahari 

Laporan Reporter Tribun Jogja, M. Resya Firmansyah

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Fenomena gerhana matahari yang pernah terjadi di tahun 1983, ternyata membekas di ingatan Asisten Keistimewaan DIY, Dr Didik Purwadi MEc.

Saat itu, menurutnya masyarakat di lingkungannya mempercayai bahwa gerhana matahari terjadi karena dewa jahat, Batara Kala sedang memakan matahari.

“Kalau tidak salah, Batara Kala memakan matahari karena rasa dendam. Dulu masih banyak yang percaya, walaupun sekarang mungkin juga masih ada,” ujar Didik, sapaan akrabnya kepada Tribun Jogja, Minggu (7/2/2016) pagi.

Berdasar ingatannya ketika gerhana matahari kala itu terjadi, muncul beberapa himbauan agar wanita hamil maupun anak-anak untuk tetap tinggal di dalam rumah.

Hal itu guna menghindari kemurkaan Batara Kala. Meski secara logika tampak ganjil, namun banyak orang yang mempercayainya.

“Terutama di kalangan masyarakat yang budaya jawa-nya masih kental. Tapi ketika itu media informasi untuk memandang fenomena ini dari segi ilmu pengetahuan juga masih terbatas untuk bisa diakses, sehingga himbauan itu sulit terbantahkan,” imbuhnya.

Menurut Didik, fenomena gerhana matahari sebaiknya disikapi sebagai bukti kekuasaan Tuhan agar masyarakat bertambah taqwa. Bagi yang beragama Islam, sebaiknya diikuti dengan bersyukur dalam bentuk menunaikan salat gerhana matahari.

Pun dalam fenomena itu, dia berharap pada masyarakat maupun astronom untuk dapat memanfaatkan sebagai kegiatan ekonomi.

Baik dengan menyediakan fasilitas pengamatan gerhana yang aman dan indah, hingga menyiapkan suatu tempat sebagai spot terbaik menikmati fenomena tersebut.

“Apalagi kalau sampai dapat menarik wisatawan asing untuk menikmati gerhana matahari di DIY, tentu akan berdampak makin baik. Itu bisa mengenalkan destinasi wisata di daerah kita juga,” papar mantan Asisten Perekonomian dan Pembangunan DIY itu. (tribunjogja.com)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved