Wanita Ini Rela 34 Tahun Jadi Guru Ngaji Tanpa Bayaran

Jauh di lubuk hatinya, ia merasakan betapa Allah selalu memenuhi kebutuhannya setiap waktu.

Penulis: Kurniatul Hidayah | Editor: Ikrob Didik Irawan
Dokumentasi Pribadi
Atiroh, wanita yang selama 34 tahun mengabdikan hidupnya untuk mengajar anak-anak mengaji, saat menjabat seorang santri dalam tasyakuran Khataman Al Quran tahun 2015 lalu. 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Kurniatul Hidayah

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Atiroh (53), merupakan seorang wanita yang telah mengabdikan hidupnya selama 34 tahun untuk mengamalkan ilmu agama yang ia dapat sejak dini.

Atiroh kecil, yang kala itu berusia 1 tahun, telah tinggal terpisah dengan orangtuanya. Ia diasuh oleh budhenya yang tinggal di Krapyak Kulon.

Hidup di lingkungan yang dekat dengan pesantren, ia dititipkan di Pondok Al Munawir. Di bawah bimbingan Bu Nyai Ali Maksum dan Bu Nyai Nafisah, ia digembleng ilmu agama.

"Waktu saya sekolah di Pondok, banyak yang mencibir saya. Mereka bilang, mau jadi apa kamu nantinya kalau sekolah di pondok. Tapi saya nggak peduli. Di pikiran saya cuma satu, sekolah di pondok butuh biaya yang nggak sedikit. Dapat uang dari mana saya buat sekolah di sana," bebernya ketika ditemui Tribun Jogja di kediamannya di Krapyak Wetan, Panggungharjo, Sewon, Bantul, Minggu (24/1/2016).

Ternyata, niat tulus Atiroh untuk memperdalam ilmu agama, disambut baik oleh pihak pondok pesantren.

Sejak 1975 hingga 1982 ia menghabiskan masa mudanya di sana, tanpa perlu mengeluarkan biaya sedikitpun.

Merasa sangat beruntung bisa mengenyam pendidikan secara layak dan gratis, wanita kelahiran Sleman, 8 November 1962 tersebut memiliki keinginan yang kuat untuk menularkan ilmu yang telah ia peroleh ke orang lain.

"Pak Ali Maksum pernah berpesan, kalau punya ilmu walaupun sedikit harus diamalkan agar bermanfaat. Nggak perlu nunggu pintar atau banyak ilmunya dulu," kenangnya.

Ia pun gencar mengajar mengaji ke kampung-kampung di daerah Krapyak. Hal tersebut terus ia lakukan hingga Atiroh berkeluarga.

Sang suami juga sangat mendukung kegiatan Atiroh, hingga pada akhirnya ia menjadikan rumah, tempatnya bermukim saat ini, sebagai tempat belajar bagi anak-anak di lingkungan sekitarnya.

"Kalian harus tetap mengaji. Sebisa kalian, seluang kalian. Kalau di jam-jam itu ada les pelajaran sekolah, datanglah siang hari. Kalau saya sedang tidur, diketuk aja pintu rumah saya. Bangunkan saya, agar kita tetap bisa mengaji," ungkapnya antusias ketika disinggung tentang pentingnya mengaji.

Pemerintah

Keseriusannya dalam mengajar, mendapatkan perhatian dari pemerintah.

Menurut pengakuan Atiroh, beberapa tahun belakangan, ia menerima bantuan dari Departemen Agama dalam hal pengadaan alat penunjang belajar.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved