Lima Tempat Makan Murah Meriah di Yogyakarta

Di Jalan Laksda Adisucipto Km.6 No.2 atau timur Hotel Ambarukmo Anda bisa menikmati seporsi nasi pecel seharga Rp4 ribu.

Penulis: Hamim Thohari | Editor: Ikrob Didik Irawan
Tribun Jogja/Hamim Thohari

"Bapak dulu berjualan gulai sejak tahun 1957, dan saya mulai meneruskan usaha ini sekitar tahun 1999. Selain gulai, warung ini juga menyediakan soto sapi, serta sego jangan, dan semua menu ini telah ada sejak bapak yang berjualan," ceritanya.

Ketika anda memesan seporsi nasi gulai, anda akan mendapatkan sepiring nasi yang di atasnya disiram dengan kuah gulai beserta irisan daging sapi dan diberi taburan bawang goreng di atasnya.


Tribun Jogja/Hamim Thohari

Rasa kuah yang gurih dengan tekstur daging sapi yang empuk adalah kesan pertama saat anda mencicipi hidangan yang satu ini.

Beragam bumbu yang didominasi oleh jenis rempah seperi serai, daun salam, kunyit, merica, bawang merah, bawang putih, yang dimasak dalam santan membuat gulai Pak Triyono ini terasa mantap.

Kuah gulai berwarna kuning tidak terlalu banyak disiram ke nasi sehingga saat menyantap nasi gulai ini tidak terasa enek.

Selain memiliki rasa masakan yang nikmat, warung tersebut selalu ramai karena harga makanannya sangat terjangkau.

Satu porsi nasi gulai dapat anda nikmati hanya dengan harga Rp9 ribu, itupun irisan daging sapinya pun cukup banyak.

5. Sate Kere

Di daerah Godean Yogyakarta, tepatnya di Jalan Goden km 7, dusun Gesikan, Kelurahan Sidomulyo, Kecamatan Goden, Kabupaten Sleman terdapat sebuah warung sederhana yang menjual kuliner unik dan cukup terkenal di Yogyakarta, yakni Sate Kere.

Dalam bahasa Jawa, kere berari miskin. Walaupun mempunyai nama kere, tetapi rasa dari hidangan ini jauh dari kata kere.

Disebut sate kere karena harganya yang sangat murah, jadi siapapun bisa menikmatinya, termasuk orang kere sekalipun.

Tidak hanya namanya saja yang unik, sate ini pun cukup unik jika dibanding dengan sate yang pada umumnya ada. Sate kere menggunakan daging sapi.

Menurut penjualnya, Samijo (45), daging yang digunakan adalah daging sapi kualitas nomor dua.

"Setiap penyembelihan sapi, ada bagian dagingnya yang banyak tercampur gajih (lemak). Daging itu yang kami buat jadi sate kere," ujarnya.


Tribun Jogja/Hamim Thohari

Meskipun daging yang digunakan memiliki banyak gajih, tetapi sate kere rasanya tidak ngendal di tenggorokan saat dinikmati. Berbeda dengan kebanyakan olahan gajih yang rasananya "enek" saat dimakan.

Berbeda dengan kebanyakan sate lainnya yang menggunakan sambal kecap ataupun sambal kacang, sate ini tidak menggunakan kedua sambal tersebut.

Sebelum di bakar, daging sapi yang telah ditusukan ke tusuk sate yang terbuat dari batang bambu, dilumuri dengan bumbu yang terdiri dari bawang putih, ketumbar, merica, gula jawa, dan beberapa bumbu lainya.

Setelah dibumbui kemudian sate langsung dibakar tanpa ada proses perebusan dagingnya terlebih dahulu. Meskipun tidak direbus, daging sate kere cukup empuk.

Penggunaan gula jawa menjadikan rasa sate ini didominasi manis gurih, khas cita rasa Yogyakarta.

Sate kere tersebut disajikan bersama lontong yang disiram dengan sayur tempe berkuah santan.

Sayur tempe tersebut memiliki rasa yang cukup pedas sehingga sangat cocok disantap bersama sate sapi yang berasa manis gurih.

Saat ini harga satu porsi sete kere adalah Rp7 ribu dengan lima tusuk sate tiap porsinya.

Untuk mimunmnya sendiri ada teh dan jeruk dengan harga Rp2 ribu tiap gelasnya, baik hangat maupun dingin. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved