BPN undang warga yang lahannya belum terdata

Selesai turun lapangan, Satgas B BPN DIY mulai perbaikan data di Balai Desa Glagah, Jumat (8/1/2016).

Penulis: Yoseph Hary W | Editor: Ikrob Didik Irawan
Tribun Jogja/Yoseph Hari
Saat melakukan pengukuran lahan calon bandara Kulonprogo, tim BPN dalam pengamanan puluhan aparat, Jumat (18/12/2015). 

TRIBUNJOGJA.COM, KULONPROGO - Selesai turun lapangan, Satgas B BPN DIY mulai perbaikan data di Balai Desa Glagah, Jumat (8/1/2016).

Caranya, tim BPN mengundang warga terdampak yang semula tidak bersedia tanahnya didata saat tim tersebut turun lapangan.

Undangan perbaikan data ini pun direspon sejumlah warga. Jika semula saat pendataan mereka tidak bersedia atau belum terdata, pada Jumat pagi hingga siang beberapa di antaranya bersedia datang untuk melengkapinya.

Ketua Satgas B Desa Glagah I, Edi Triyanto, mengatakan hingga siang warga yang datang sekitar 20 orang. Mereka melengkapi data hasil pendataan satgas B di lapangan dengan menyerahkan berkas kelengkapan.

Selain itu, mereka juga mengroscek hasil pendataan satgas B selama ini.

"Mereka melengkapi dengan KTP dan bukti kepemilikan. Prioritas warga Sidorejo Glagah. Tapi kami juga terbuka untuk warga lainnya yang ingin datang," ujar Edi, Jumat.

Edi menegaskan memang pihaknya mengundang warga yang semula menolak pendataan. Kesempatan ini, menurutnya, masih terbuka sampai Selasa pekan depan.

Dia pun berharap warga yang belum terdata atau semula menolak pendataan akan datang 100 persen untuk melengkapinya.

"Kami menunggu yang kemarin takut tapi sebenarnya bersedia didata. Bisa ke balai desa atau ke BPN langsung," lanjut Edi.

Undangan itu diberikan karena tim BPN memang tidak lagi turun lapangan.

Jika kelengkapan data seluruh warga terdampak diperoleh, rencananya Selasa pekan depan data tersebut akan segera diserahkan ke Kanwil BPN DIY.

Kepala Desa Glagah, Agus Parmono, mengatakan di antara warga yang datang itu merupakan warga Kretek yang semula tidak bersedia lahannya didata.

Agus memperkirakan warga tersebut dimungkinkan semula tidak bersedia karena merasa takut dikucilkan di antara warga lain yang menolak.

"Jadi sekarang mereka datang untuk melengkapi. Warga Sidorejo ada satu atau dua yang sebenarnya sepakat didata tapi memilih dengan cara datang ke balai desa melengkapinya karena trauma di lapangan," kata Agus. (tribunjogja.com)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved