Peringati Hari Pahlawan dengan Bersih Kali Code
Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Paguyuban Karya Salemba Empat (KSE) UGM itu, memaknai Hari Pahlawan tidak hanya dengan mengenal sejarah.
Penulis: ang | Editor: oda
Laporan Reporter Tribun Jogja, Angga Purnama
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN – Banyak cara yang dilakukan masyarakat untuk memaknai Hari Pahlawan, tanggal 10 November mendatang.
Seperti sekelompok mahasiswa UGM memungut sampah yang ada di aliran Kali Code, Minggu (8/11/2015).
Bagi mereka, puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Paguyuban Karya Salemba Empat (KSE) UGM itu, memaknai Hari Pahlawan tidak hanya dilakukan dengan mengenal dan mengetahui sejarah bangsa.
Namun juga harus diwujudkan dengan aksi nyata dalam meneladani perjuangan pahlawan yang berjuang demi kemerdekaan bangsa.
Seorang mahasiswa yang ikut dalam kegiatan tersebut, Wulan Fatimah Rohman (21) mengatakan contoh aksi nyata yang dapat dilakukan masyarakat dalam meneladani pahlawan adalah dengan menjaga lingkungan yang ada di sekitar.
Salah satunya dengan memungut sampah dan mengelolanya menjadi hal yang lebih bernilai.
“Saat ini tingkat kepedulian masyarakat terhadap lingkungan semakin menurun. Buktinya semakin banyak yang membuang sampah bukan pada tempatnya, seperti sungai,” ungkapnya.
Menurut mahasiswi Fakultas Biologi itu kebiasaan membuang sampah di sungai akan membawa dampak negatif bagi lingkungan. Di antaranya pencemaran wilayah sungai hingga dampak bencana seperti banjir.
“Untuk itu, harus ada pihak yang menginisiasi masyarakat agar mau berubah dan lebih peduli terhadap lingkungannya,” ujarnya.
Kegiatan yang dinamai Gerakan Pahlawan Sampah (GPS) tersebut merupakan gerakan nasional yang diinisiasi Peguyuban KSE di universitas negeri lainnya se-Indonesia yang dilaksanakan serentak.
Di Sleman, kegiatan itu dimulai dengan pemungutan sampah di sepanjang bantaran dan aliran Kali Code di bawah Jembatan Sardjito, Sinduadi, Mlati.
Tidak hanya memungut, mahasiswa yang terlibat dalam kegiatan tersebut juga melakukan pemilahan sampah untuk didaur ulang.
Ketua Panitia GPS, Desi Rahayu (21) mengatakan pemilahan dilakukan berdasarkan jenis sampah organik dan anorganik.
Menurutnya, sampah organik akan diolah menjadi pupuk kompos yang dapat dimanfaatkan masyarakat sebagai penyubur tanah.
Sedangkan untuk sampah anorganik akan didaur ulang menjadi berbagai kerajinan dan kesenian yang memiliki nilai lebih.
“Kami juga melibatkan masyarakat secara langsung dalam proses daur ulang sampah yang telah dipungut,” paparnya. (tribunjogja.com)