Buya Syafii Maarif : Jokowi Berkantor di Daerah Asap, Jangan Hanya Simbol
Bencana asap yang berdampak ke beberapa wilayah termasuk negara tetangga sudah berlangsung cukup lama.
Penulis: dnh | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Langkah yang diambil oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menanggulangi bencana asap dengan berkantor di daerah yang terdampak asap, diharapkan bisa benar-benar bermanfaat.
Terlebih, bencana asap yang berdampak ke beberapa wilayah termasuk negara tetangga sudah berlangsung cukup lama.
Cendekiawan Muslim yang juga mantan ketua PP Muhammadiyah, Ahmad Syafi'i Maarif berharap pemerintah serius dalam menanggulangi bencana kemanusiaan ini.
"Saya berharap bangsa ini, pemerintah, bersungguh-sungguh mengurus ini (asap,red)," ujarnya ditemui seusai menjadi pembicara di Workshop Program Damai di Dunia Maya yang digelar oleh BNPT RI di Jogja Expo Center, Kamis (29/10/2015).
Buya Syafi'i panggilan akrabnya juga berharap, berkantornya Presiden di lokasi bencana asap tidak hanya sebagai sebuah simbol saja.
"Boleh saja tapi jangan sampai hanya menjadi simbol," kata Buya.
Menurutnya, bencana asap terjadi karena adanya kongkalikong antara pengusaha dengan pengusaha yang menjadikan rakyat menjadi korban.
Menurut Buya, kongkalikong itu dibuktikan dengan adanya Pergub di beberapa daerah seperti di Kalimantan Tengah yang membolehkan membuka hutan dengan dibakar dan dengan izin yang hanya tingkat desa untuk dua hektar.
Ia pun berharap, di masa-masa mendatang bencana asap tidak lagi terjadi lagi. Sehingga perlu ada perubahan dan antisipasi untuk masa mendatang.
Karena menurutnya, sejauh ini tidak ada perubahan yang fundamental, karena kebakaran lahan yang menimbulkan becana asap selalu terulang.
"Saya berharap Presiden Jokowi dan Jusuf Kalla ada perubahan yang fundamental untuk membela rakyat," ujarnya.
Meski saat ini ada perubahan tentang cuaca, dimana El Nino semakin panjang dan parah, seharusnya pemerintah bisa belajar dari pengalaman.
"Kadang kita lebih bodoh dari keledai, kalau keledai dia tertarung pada satu batu hanya sekali saja, kalau kita tertarung pada satu batu yang sama," ujarnya yang juga melihat adanya koordinasi yang lemah sampai daerah terkait bencana asap.
Menurutnya dalam menghadapi kasus asap, semua harus bersama-sama dan jangan ada toleransi bagi para pelaku. (*)
