Menengok Markas Pak Dirman di Pacitan

Pada masa perang gerilya tersebut Sang Jenderal pernah menetap cukup lama di sebuah desa yang cukup terpencil di wilayah perbukitan di Pacitan

Penulis: Hamim Thohari | Editor: Ikrob Didik Irawan
Tribun Jogja/Hamim Thohari
Rumah Markas Gerilya Jenderal Sudirman 

Laporan Wartawan Tribun Jogja, Hamim Thohari

TRIBUNJOGJA.COM, PACITAN - Perjuangan Jenderal Besar Sudirman pada masa revolusi untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia menjadi sejarah besar bagi bangsa ini.

Perang gerilya yang dilakukan oleh Sang Panglima Besar untuk melawan Belanda meninggalkan banyak kisah menarik.

Masalah kesehatan tidak menciutkan perjuangan Jenderal Sudirman. Hanya dengan satu paru-paru Jenderal Sudirman keluar masuk hutan dan gunung dari wilayah Yogyakarta, Jawa Tengah, hingga Jawa Timur.

Pada masa perang gerilya tersebut Sang Jenderal pernah menetap cukup lama di sebuah desa yang cukup terpencil di wilayah perbukitan Kabupaten Pacitan, Jawa Timur.

Di rumah sederhana bergaya limasan milik Karso Semito yang berada di dusun Sobo, Desa Pakis Baru, Kecamatan Nawangan, Kabupaten Pacitan, Pak Dirman pernah tinggal di sana selama 3 bulan.

Tidak hanya sebagai tempat tinggal dan persembunyian dari kejaran pasukan Belanda, rumah tersebut juga dijadikan markas untuk menyusun strategi perjuangan.

Hingga saat ini rumah tersebut masih berdiri dan dijadikan obyek wisata sejarah di Pacitan.

Meskipun telah mengalami renovasi pada tahun 1982, tetapi bentuk dan kayu yang menyusun bangunan rumah tersebut masih asli seperti dulu saat ditinggali Pak Dirman.

Saat ini rumah tersebut sudah tidak ditempati lagi, tetapi anak pertama dari Karso Semito yang bernama Supadi masih merawat dan menjadi "juru kunci" rumah bersejarah tersebut.

Perbatasan

Markas Jenderal besar Sudirman tersebut berada sekitar 40 kilometer arah utara dari pusat Kota Pacitan, dan berada di wilayah perbatasan dengan kabupaten Wonogiri Jawa Tengah.

Tiba di lokasi rumah tersebut Anda akan disambut dengan halaman yang cukup luas. Terdapat papan bertuliskan Rumah Markas Gerilya Panglima Besar APRI Jenderal Sudirman, di sudut halaman rumah tersebut.

Di samping papan tersebut terdapat sebuah tulisan mengenai sejarah singkat mengenai tempat persembunyian Pak Dirman.

"Rumah ini adalah tempat persembunyian yang paling lama ditempati Mbah Dirman saat perang gerilya. Saat beliau pertama kali datang ke sini, usia saya saat itu 7 tahun," cerita Supadi.

Masuk ke bagian dalam rumah, pengunjung akan menemukan beberapa kamar, dan salah satu kamar yang ada di bagian depan adalah yang ditempati Pak Dirman.

Orang-orang terdekatnya yang terdiri dari Supardjo Rustam, Tjokropranolo, Utoyo Kolopaking, tinggal di kamar-kamar sebelah kamar Pak Dirman.

Di bagian ruang tamu ada sebuah balai-balai (lincak) yang dulu juga sering digunakan Pak Dirman.


Tribun Jogja/Hamim Thohari
Suasana di dalam rumah markas Jenderal Sudirman 

Selain lincak perabot lain yang ada di dalam rumah tersebut adalah sebuah meja dan enam kursi yang terbuat dari kayu.

Rumah tersebut terbagi dalam dua bagian, yakni bagian depan yang terdiri dari ruang tamu dan kamar, dan bagian belakang yang menjadi dapur.

Di dapur juga masih terdapat tungku tradisional yang menunjukan bahwa ruangan tersebut adalah dapur.

Di rumah bagian belakang itu pula terdapat sebuah foto Supardi bersama bapak-ibunya foto bersama Pak Dirman dan seluruh prajurit di depan rumah bersejarah tersebut.

Diceritakan Supadi foto tersebut diambil sesaat sebelum Pak Dirman meninggalkan rumah yang telah ditinggalinya selama tiga bulan.


Tribun Jogja/Hamim Thohari
Supadi menunjukan fotonya bersama rombongan Jenderal Sudirman 

Markas Panglima Besar Jenderal Besar Sudirman tersebut layak masuk daftar kunjungan Anda saat berada di Pacitan maupun Wonogiri.

Anda juga tidak perlu mengeluarkan uang untuk melihat dari dekat rumah tersebut, karena tidak ada retribusi untuk masuk kesana.

"Rombongan tentara dan pelajar sering datang ke sini. Melalui rumah ini saya harap generasi muda tidak melupakan sejarah dan perjuangan Mbah Dirman," pungkas Supadi. (tribunjogja.com)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved