Lokomotif Diesel Elektrik BB200, Satu Tonggak Sejarah Kereta Api Indonesia
PT KAI kembali melakukan restorasi pada lokomotif yang menjadi tonggak sejarah perkeretaapian di Indonesia.
Penulis: Rento Ari Nugroho | Editor: Muhammad Fatoni
Dalam prosesnya, restorasi lokomotif yang kini dicat warna kejayaan DKA yaitu krem-hijau-merah ini memerlukan waktu sekitar tiga bulan. Lokomotif ini menjalani pengerjaan pada Maret-April 2015. Meski sempat beroperasi pada era PJKA hingga Perumka yang memakai cat merah-biru, namun diputuskan untuk mengembalikan ke warna aslinya.
Sementara itu, Kepala Balai Yasa Yogyakarta, Eko Purwanto ketika ditemui media mengatakan, saat ini proses restorasi telah dilakukan hingga 95 persen. Proses restorasi tidak mengalami kesulitan berarti karena pihak Balai Yasa Yogyakarta memiliki data seluruh lokomotif yang beroperasi di Jawa. Sebenarnya, bisa saja lokomotif ini dihidupkan kembali, namun hal itu tentunya tidak efisien karena harus mendatangkan onderdil yang sulit diperoleh.
"Kalaupun dihidupkan, tentu tidak efisien karena daya tariknya kecil, tidak sebesar lokomotif sekarang. Lagipula, mesinnya bahkan sudah tidak diproduksi. Karena itu diputuskan untuk mengembalikan saja kondisinya seperti semula. Tentunya akan menarik ketika menjadi monumen," katanya.
Wawan menyambung, karena berukuran besar dan cukup berat, ada pertimbangan tersendiri ketika pada akhirnya nanti dibawa ke Ambarawa atau Tuntang. Untuk itu ada dua alternatif yang bisa dilakukan.
"Yang pertama adalah ditarik melalui rel. Namun risikonya, karena menarik lokomotif mati tentu kecepatan dibatasi. Hal ini bisa mengganggu perjalanan kereta yang lain. Untuk itu, bisa pula memakai trailer yang berjalan perlahan di jalan raya," katanya.
Mengenai waktu pengiriman, Wawan menyatakan pihaknya sebenarnya sudah siap memindahkan lokomotif ini. Namun, karena proses revitalisasi jalur rel Kedungjati-Tuntang, maka pemindahan untuk sementara ditunda. Sebab, ada rencana untuk mengoperasikan kembali stasiun Tuntang.
"Karena itu, bisa pula BB200 ini nantinya tidak jadi di Tuntang namun di Ambarawa. Namun untuk ke depannya, kami masih menunggu perkembangan," imbuh dia.
Setelah sukses merestorasi lokomotif BB200, lanjut Wawan, pihaknya tidak hanya berhenti di sini. Ke depan, sejumlah armada lokomotif akan direstorasi atau dihidupkan kembali, terutama yang memiliki nilai sejarah.
"Misalnya saja lokomotif ser CC200 no 15 yang saat ini disimpan di Dipo Lokomotif Cirebon. Kemudian ada pula lokomotif mekanik seri DD5512 dari Cirebon Prujakan. Sementara untuk lokomotif uap, wacananya nanti pada 2016 lokomotif seri D14 akan dihidupkan. Wacananya pula, lokomotif ini akan dipakai untuk menemani Jaladara yang telah lebih dulu beroperasi," pungkasnya.(Rento Ari Nugroho)