Di Tangan Kreatif Warga Dusun Mudal, Sampah Plastik Disulap Jadi Souvenir
Ia mampu membantu pemasukan keluarganya termasuk mencukupi uang saku anaknya yang sedang kuliah di salah satu perguruan tinggi di Yogyakarta.
Penulis: ang | Editor: Muhammad Fatoni
Laporan Reporter Tribun Jogja, Angga Purnama
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Siapapun pasti mengenal makanan ringan yang dikemas dalam bungkus plastik. Banyak pula bahan pokok yang terbungkus plastik, sebut saja minyak goreng, kecap, bahkan hingga cairan pembersih piringpun menggunakan plastik.
Tidak hanya itu, hampir setiap orang menggunakan plastik setiap harinya, mulai belanja dai pasar tradisional hingga ke toko modern. Barang yang sudah terbeli terbungkus platik untuk memudahkan membawanya pulang. Setelah terpakai, bungkus-bungkus plastik tersebut kebanyakan hanya berakhir tempat sampah. Parahnya, tidak sedikit warga yang memilih membakar sampah plastik tersebut.
Namun di tangan ibu-ibu di Dusun Mudal, Desa Sariharjo, Ngaglik, limbah plastik yang sudah terbuang berubah menjadi barang yang memiliki kegunaan. Bukan sulap yang mereka lakukan, tapi memanfaatkan kembali sampah-sampah rumah tangga itu agar tidak menjadi masalah lingkungan.
Adalah Sri Muryanti (47) warga setempat yang eksis membuat kerajinan dari bahan yang dipungut dari tempat sampah itu. Bahkan dari mengelola sampah plastik itu, ia mampu membantu pemasukan keluarganya termasuk mencukupi uang saku anaknya yang sedang kuliah di salah satu perguruan tinggi di Yogyakarta.
“Lumayan bisa untuk uang saku anak yang masih menempuh pendidikan. Sehingga penghasilan suami bisa dimanfaatkan untuk keperluan lainnya,” ungkapnya saat ditemui di rumahnya sembari menyusun bahan plastik yang akan dijahit, Selasa (26/5/2015).
Menurutnya bungkus plastik yang sudah terbuang dapat dimanfaatkan menjadi berbagai pernik. Mulai dari tas belanja, dompet, hingga hiasan rumah.
“Bahan bakunya dari sampah yang didapat dari rumah tetangga. Kita kumpulkan dan dibersihkan dengan cara dicuci agar tidak ada sisa bahan yang tertinggal,” paparnya.
Usai dibersihkan, bahan limbah tersebut kemudian dipotong agar menunjukan motif yang seragam dengan ukuran yang sama. Setelah itu, bahan tersebut kemudian disatukan dengan cara dijahit menggunakan benang nilon sesuai dengan bentuk kerajinan yang ingin dibuat.
“Kebanyakan bahan plastik sudah memiliki corak, kita tinggal menyesuaikan motifnya agar lebih menarik. Saat dijahitpun harus ditata agar tidak terlihat berantakan,” kata perempuan yang akrab disapa Menik itu.
Sekilas terlihat mudah, namun menurutnya menjahit bahan plastik lebih sulit jika dibandingkan dengan menjahit kain. Pasalnya bahan plastik sangat licin sehingga mudah berubah posisi saat dijahit.
“Untuk itu butuh ketelatenan, sekali menjahit harus segera diselesaikan agar tidak berubah bentuk. Jadi tidak bisa diselingi kegiatan lain,” ujarnya.
Setelah jadi, souvenir tersebut dikumpulkan kepada kelompok untuk dijual melalui koperasi. Hasilnya pun lumayan, untuk satu tas belanja dibandrol dengan harga mulai Rp 30 ribu hingga Rp 50 ribu tergantung ukuran dan tingkat kerumitannya. Sedangkan untuk hiasan rumah seperti bunga dan tatakan gelas dihargai dengan Rp 5.000 hingga Rp 15.000. (*)