Ilmuwan Prediksi Bencana Global Letusan Gunung Api Dahsyat

para ilmuwan meminta kepada dunia untuk mengalokasikan dana khusus mitigasi bencana tersebut serta untuk memonitor aktivitas gunung berapi.

Editor: Mona Kriesdinar
TRIBUN MEDAN / DEDY SINUHAJI
ILUSTRASI - Gunung Sinabung mengeluarkan lava pijar bersama guguran awan panas terlihat dari Desa Tiga Pancur, Tanah Karo, Sumut, Kamis (10/9/2014). Aktivitas Gunung Sinabung sepekan terakhir masih mengalami peningkatan. 

TRIBUNJOGJA.COM - Sekelompok ilmuwan dari European Science Foundation memprediksi kemungkinan terjadinya letusan gunung berapi dahsyat pada akhir abad ini.

Mereka menyebutkan, kemungkinan itu bisa terjadi dengan probabilitas sekitar 5 - 10 %.


Pemetaan letusan super volcano yang pernah terjadi (European Science Foundation)

Mereka menambahkan bahwa letusan dahsyat gunung berapi ini, bisa mempengaruhi seluruh dunia bahkan bisa melemparkan kembali umat manusia seperti halnya pada jaman pra sejarah.

Atas prediksi itu, para ilmuwan meminta kepada dunia untuk mengalokasikan dana khusus mitigasi bencana tersebut serta untuk memonitor aktivitas gunung berapi.

Sebagaimana dilansir Mail Online, para ahli ini mengibaratkan kehancuran bencana tersebut sama halnya dengan yang terjadi ketika Gunung Tambora di Sumbawa meletus pada tahun 1815. Letusannya, diperkirakan telah membunuh lebih dari 100 ribu jiwa.


Gunung Tambora (Foto : Jialiang Gao/Wikimedia Common)

Letusan itu telah melontarkan asap tebal ke angkasa hingga ketinggian 43 kilometer sehingga memicu terjadinya penurunan suhu global lantaran sinar matahari tertutup oleh kabut tebal vulkanik.

Di kalangan para ahli, hal ini dikenal dengan istilah Tahun Tanpa Musim Panas.

"Meskipun dalam beberapa dekade ke belakang, gempa bumi telah menjadi penyebab utama terjadinya kerusakan dan hilangnya nyawa, namun sesungguhnya resiko paling utamanya adalah meletusnya gunung api. Kejadiannya memang terhitung relatif lebih jarang, namun akibatnya bisa memicu bencana massal secara global," demikian kutipan paparan dalam laporan ilmiah yang dipresentasikan dalam sidang European Geosciences Union di Vienna pada April 2015 lalu.

Dengan resiko tersebut, mereka meminta agar setiap negara benar-benar mengalokasikan dana untuk memonitor aktivitas gunung api. Selain itu, proses mitigasi pra bencana dan paska bencana harus benar-benar direncanakan secara matang.

"Ini juga membutuhkan respon tepat dari geopolitik internasional meliputi tahapan persiapan, respon dan mitigasi," tambahnya.

Tak hanya bencana gunung api, namun ada bencana global lainnya yang mereka bahas. Semisal tsunami, gempa bumi, kebakaran hutan, angin tornado, ancaman asteroid, serta banjir. Namun, diantara bencana-bencana tersebut, para ahli memilih erupsi vulkanik merupakan bencana yang lebih serius.

Mereka merinci, letusan Gunung Eyjafjallajokull silam telah melemparkan abu vulkanik hingga ke atmosfer dan menyebabkan kerugian akibat lumpuhnya lalu lintas udara di Eropa.


letusan Gunung Eyjafjallajokull (EP)

Padahal gunung ini memiliki skala letusan vulkanik (VEI) antara 3 hingga 4.

Bandingkan, letusan Gunung Vesuvius yan menghancurkan Pompeii mencapai skala VEI 5, sementara letusan Gunung St Helen pada 1980 mencapai skala Vei 5.

Itu juga belum seberapa.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved