BREAKING NEWS : Wah, Motif Batik Ceplok Kembang Kates Khas Bantul Dipalsu

Motif batik Ceplok Kembang Kates yang sudah dipatenkan sebagai batik khas Bantul, telah dipalsu oleh produsen batik printing asal Pekalongan dan Solo.

Penulis: say | Editor: Muhammad Fatoni
Tribun Jogja/ Siti Ariyanti
Motif batik Ceplok Kembang Kates saat dipamerkan oleh penari di acara HUT Bantul tahun lalu. 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Siti Ariyanti

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Motif batik Ceplok Kembang Kates yang sudah dipatenkan sebagai batik khas Bantul, telah dipalsu oleh produsen batik printing asal Pekalongan dan Solo.

Padahal, batik dengan motif tersebut direncanakan akan dijadikan seragam Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kabupaten Bantul.

Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Bantul, Sulistyanta mengungkapkan, pihaknya menemukan dua pedagang yang menjual kain batik printing motif Ceplok Kembang Kates.

Rupanya, dua pedagang tersebut memperolehnya dari Pekalongan dan Solo. "Kita temukan di Bantul dan Pandak. Jelas tidak boleh kalau batik printing karena Ceplok Kembang Kates itu kombinasi dari cap dan tulis. Sudah kita patenkan," papar Sulis saat melakukan sosialisasi motif batik Ceplok Kembang Kates di Gedung Induk Parasamya, Rabu (11/3/2015).

Mengetahui ada pencurian hak cipta tersebut, Sulis langsung memberikan pembinaan pada pedagang yang menjual batik palsu.

Bila mereka masih ngeyel, maka Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bantul akan memberikan surat peringatan dan tidak segan untuk memberikan sanksi tegas.

Pencurian hak paten Pemkab Bantul itu bermula dari laporan sebuah sekolah yang ditawari baju batik bermotif tersebut dengan harga Rp60.000.

Dari informasi itu, Sulis lantas melacak pedagang yang menjualnya. "Itu harga Rp60.000 sudah jadi baju," tambahnya.

Padahal belum lama ini, perajin batik tulis dan cap yang bersedia membuatkan batik untuk Pemkab berkumpul dan menetapkan harga standar.

Kain motif batik Ceplok Kembang kates ukuran 2 meter kata Sulis, dihargai Rp120.000Bila motif semakin rumit, maka harganya juga akan naik.

Oleh karena itu bila ada pihak yang menawarkan harga di bawah standar, maka dapat dipastikan itu adalah palsu.

"Sementara ada 26 perajin batik yang bersedia bekerja sama. Motif kita buat rumit agar tidak ada yang bisa meniru, tapi ternyata tetap saja ada yang memalsu," ungkap Sulis. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved