Penemuan Mayat Wanita
Ibunda Langsung Pingsan saat Jenazah Rany Dibawa ke Makam
Ketika jenazah Rany hendak diberangkatkan ke pemakaman, Nanik jatuh pingsan
Penulis: Agung Ismiyanto | Editor: Ikrob Didik Irawan
MAGELANG, TRIBUN - Nanik Indrayanti tak kuasa menahan tangis. Tubuh perempuan berusia 38 tahun itu terkulai di sisi jenazah putrinya, Rany Astkilia (22), saat hendak dikuburkan di pemakaman Dusun Randugunting, Desa Blondo, Mungkid, Magelang, Kamis (11/9) siang.
Dikuatkan kerabatnya, mulut Nanik tak henti mengucapkan kata-kata doa. Ketika jenazah Rany hendak diberangkatkan ke pemakaman, Nanik jatuh pingsan. Didik, ayah Rany tampak lebih tegar. Ia mengiringkan pemakaman anaknya bersama ratusan pelayat.
Rany Astkilia, mahasiswi jurusan Manajemen STIM YKPN Yogyakarta ditemukan tak bernyawa di kolam kering Dusun Kanoman RT 01/05 Banyuraden, Gamping, Sleman, Yogyakarta, Rabu (10/9) sekitar pukul 06.30.
Tak sehelai benang pun menempel di tubuhnya yang wajahnya berdarah dan lebam. Orang yang pertama kali menemukan korban adalah Suraji, pemilik kolam kering di persawahan Dusun Kanoman.
Saat ditemukan, tubuh Rany tertutupi semak-semak kering dan tanah di dasar kolam. Bercak darah terlihat di sekitar lokasi kejadian yang berada di tepi jalan desa itu.
Gadis cantik itu diduga korban pembunuhan. Siapa pelakunya, jajaran Polres Sleman yang menangani kasus ini masih bekerja keras mengungkapnya. Sejumlah orang, termasuk teman dekat korban, hingga Kamis (11/9) diperiksa intensif di Mapolres Sleman.
Cerita dramatis ketika identitas Rany terungkap setelah misterius sejak Rabu pagi, dikisahkan paman korban, Jafar Sodik (50). Jafar pula yang pertama kali ikut mengidentifikasi jenazah Rani di RSUP dr Sardjito. Kabar pertama ia dengar dari Tomo, kerabatnya yang lain.
Informasi itu datang berantai melalui petugas Polres Magelang dari Polres Sleman. Sesampainya di rumah sakit, Jafar terpaku cukup lama di kamar jenazah RSUP dr Sardjito.
"Kaki saya sampai rasanya tidak ada tulangnya melihat jasad Rany. Padahal biasanya saya mengangkat mayat atau jasad sudah biasa. Ini yang saya hadapi jasad ponakan saya, hati saya pedih," kenang Jafar yang juga seorang relawan di Magelang ini.
Jafar melihat tubuh keponakannya yang pernah bekerja di Pizza Hut Jalan Sudirman Yogyakarta itu berluka tusuk di beberapa bagian. Ia bahkan takut mendekat. Orang tua Rany saat itu belum tahu jika putri mereka sudah tak bernyawa.
"Awalnya mereka sempat mengira Rani kecelakaan. Akhirnya kami beritahu perlahan-lahan kabar duka yang sebenarnya," imbuh Jafar sembari menyebut ayah ibu Rany langsung syok. (tribunjogja.com)