Aktivitas Gunung Merapi Meningkat
Ganjar : Kok Sudah Rusak Bronjongnya, Ini yang Buat Siapa?
rusaknya bronjong di pinggir sungai Putih tersebut memang dimungkinkan karena aktivitas penambangan
Penulis: Agung Ismiyanto | Editor: Mona Kriesdinar
Laporan Reporter Tribun Jogja, Agung Ismiyanto
TRIBUNJOGJA.COM, MAGELANG - Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo menemukan dua buah bronjong di sisi sungai Putih, Dusun Salakan, Desa Sirahan, Kecamatan Salam, rusak, Selasa (19/11/2013) sore. Rusaknya bronjong penahan banjir lahar hujan tersebut, sempat mengundang perhatiannya.
"Kok sudah rusak bronjongnya. Ini yang buat siapa, BNPB?" kata Ganjar kepada pejabat Pemkab Magelang.
Ganjar kemudian memotret bronjong-bronjong tersebut dengan kamera nikon putih miliknya. Usai mendokumentasikan kerusakan bronjong tersebut, Ganjar juga mengecek bronjong dengan menaikinya dan melihat keadaan di sekitar sungai Putih.
Kedatangan Ganjar untuk bertemu dengan sejumlah relawan dan mengecheck wilayah bekas wilayah terdampak banjir lahar hujan Merapi. Ia juga berdialog dengan puluhan relawan untuk mengetahui kesiapsiagaan mereka dalam menghadapi ancaman banjir lahar hujan.
"Saya ingatkan agar penambang tidak menambang di dekat konstruksi agar tidak mbolongi bronjong. Sehingga, tidak merusak tanggul dan bronjong," ujarnya.
Ganjar mengatakan perlunya memperhatikan wilayah bagi penambang, karena bronjong dan tanggul, merupakan alat vital dalam pengendali banjir lahar hujan. Ia juga meminta para relawan untuk sinergis saling mengingatkan para penambang.
"Saya juga meminta kepada komunitas relawan untuk saling mengingatkan. Agar sabo dam dan konstruksinya tetap awet dan terjaga," ulasnya.
Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Magelang, Sudjadi mengatakan, rusaknya bronjong di pinggir sungai Putih tersebut memang dimungkinkan karena aktivitas penambangan. Ia juga mengingatkan agar para penambang memperhatikan betul lokasi dan jarak penambangan, agar tetap aman dari banjir lahar hujan.
"Ya memang itu perlu diperhatikan. Namun, itu menjadi kewenangan Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSSO)," katanya.
Salah satu relawan, Ganis mengatakan, perlu adanya permanenisasi tanggul. Sebab, saat ini masih ada tanggul yang belum permanen sepanjang sekitar 100 meter. Ia juga mengatakan perlu adanya rambu-rambu peringatan bagi penambang.
"Yang dibtuhkan sekarang rambu-rambu peringatan, baik banner maupun rambu permanen, slama tanggul permanen belum bisa dibuat. Itu penting bagi warga yang gatel untuk nambang pasir dekat tanggul," kata Ganis.
Kepala BPBD Jateng, Sarwa Permana mengatakan, pihaknya saat ini lebih fokus dengan ancaman banjir lahar hujan Merapi. Untuk penanganan, pihaknya telah menyediakan anggaran dari dana tak terduga senilai Rp 37 Milyar. (ais)
