Pembatasan BBM Subsidi
Petani dan Sopir Truk di Klaten Keluhkan Pembatasan Solar
Para petani dan sopir truk, termasuk para pengguna solar bersubsidi di Klaten mengeluhkan adanya pembatasan solar untuk persediaan setiap SPBU
Penulis: oda | Editor: Joko Widiyarso

TRIBUNJOGJA.COM, KLATEN – Para petani dan sopir truk, termasuk para pengguna solar bersubsidi di Klaten mengeluhkan adanya pembatasan solar untuk persediaan setiap SPBU. Selain harus terpaksa mengantre, mereka juga seringkali kehabisan, dan harus berburu ke pedagang eceran.
Suryanto (22), petani yang mengelola jasa hand traktor, terpaksa harus membeli solar eceran. Pasalnya, pembatasan pasokan solar bersubsidi di SPBU membuat dirinya susah untuk mendapatkan solar.
“Selaku petani harus berburu eceran. Padahal eceran itu selisih harganya Rp 500. Kalau di SPBU Rp 4.500 per liter,” ucapnya, di Klaten, Senin (1/4/2013).
Suryanto terpaksa membatasi operasional traktornya akibat pembatasan solar. Dia mengakui traktornya terkadang mangkrak saat tidak mendapatkan solar. Kalau mendapatkan saja, hanya tiga liter, meski sebelumnya dia bisa memperoleh empat liter.
“Saya berharap bisa dikembalikan seperti semula untuk persediaan di SPBU. Ini otomatis membuat pendapatan kami ikut tersendat karena susah mencari solar dan harus mengantre panjang,” tutur warga Dukuh Warurangkang, Desa Sapen, Kecamatan Manisrenggo.
Hal yang sama dikeluhkan seorang sopir truk pengakut kayu, Sigit (26), warga Kecamatan Kalikotes. Pria yang sedang mengantre di SPBU Jonggrangan tersebut telah dua kali mengantre lama untuk mendapatkan solar bersubsidi. Hal tersebut juga memengaruhi jam kerjanya dalam mendistribusikan kayu.
“Susah untuk mendapatkan solar dengan cepat, dan harus mengantre seperti ini. Karena beberapa SPBU sudah habis. Sudah sekitar tiga hari ini saya harus mengantre. Kalau bisa dikembalikan lagi seperti semula. Para pembeli solar dapat dengan mudah mendapatkan, tanpa harus kehabisan,” pintanya. (*)