Kaos Malioboro-Sarkem Paling Diburu Wisatawan
"Ini yang paling laris (kaos Malioboro-sarkem). Tidak tau kenapa kok banyak yang cari, mungkin karena kedua tempat ini terkenal di Yogya,"
Seperti kios yang terletak persis di depan Malioboro mal, banyak orang baik muda maupun tua mengantri untuk dilayani. Mereka rela berjubel demi mendapatkan kaos bergambar penunjuk arah Malioboro-Sarkem. Konon, kaos ini menjadi ikon Yogyakarta seperti malioboro sebagai pusat perbelanjaaan dan sarkem sebagai pusat lokalisasi yang sangat ternama.
"Ini yang paling laris (kaos Malioboro-sarkem). Tidak tau kenapa kok banyak yang cari, mungkin karena kedua tempat ini terkenal di Yogya," kata pedagang kaki lima Malioboro, Yulianti (51), ketika ditemui di kiosnya, Jumat (16/11/2012).
Pengunjung yang membeli kaos tersebut memang kebanyakan berasal dari luar kota, untuk sekedar dijadikan buah tangan. Namun, tak sedikit pula pembeli asal Yogya yang tertarik dengan kaos ini.
Harga yang dipatok untuk satu kaos bergambar penunjuk arah Malioboro-Sarkem ini pun relatif terjangkau, yakni Rp 30.000 pas tak boleh ditawar. Begitu pula dengan kaos lain yang bertuliskan 'Mas Bro' dan 'Mbak Bro', yang menurut Yulianti juga laris dibeli para wisatawan yang menyempatkan waktunya berkunjung di Malioboro.
Berkah liburan long week end selama empat hari ini pun dirasakan Yulianti. Dalam satu hari saja, Kamis (15/11), ia mengaku berhasil membawa pulang hasil penjualan sebesar Rp 5 juta. Sedangkan pada akhir pekan lalu, omset penjualan yang didapatnya mencapai Rp 6 juta.
"Mungkin untuk liburan ini bisa memeroleh omset di atas Rp 6 juta. Jika dilihat dari Sabtu lalu saja hasil jualan saya sudah di angka itu. Karena memang pengunjung Malioboro sekarang dua kali lipat lebih banyak," tandas Yulianti.
Berbeda, Tari Subardi, pedagang kaki lima di kawasan Malioboro menuturkan, bahwa kenaikan omset penjualan belum dirasakannya pada hari pertama liburan long weekend ini. Namun, diperkirakan penjualan akan mulai meningkat pada hari Sabtu (17/11) dan Minggu (18/11).
"Kalau pada hari biasa saya memeroleh omset sekitar Rp 500 ribu per hari. Kemungkinan hari terakhir liburan ini hasil penjualan bisa naik sampai 50 persen," terang Tari.
Waktu operasi yang biasanya hanya sampai pukul 22.00, pada liburan kali ini pun diperpanjang sampai pukul 24.00. Karena banyak wisatawan yang justru berbelanja pada malam hari setelah seharian berkunjung di berbagai objek wisata yang ada di DIY.
"Soalnya kalau kami tutup lebih awal, banyak juga pegunjung yang kecewa karena tidak ada pedagang. Apalagi kan tidak setiap saat juga harus buka sampai tengah malam. Itung-itung menambah rezeki," tukas Subardi, yang tak lain adalah suami Tari. (hdy/mg2).