Ramadan 1433 H

Menyambut Kemuliaan Malam Qadar

Kualitas hidup tidak semata-mata diukur dari kerja keras dan tidak mengenal istirahat. Lebih dari itu, perlu disertai kecerdasan bekerja dan doa.

zoom-inlihat foto Menyambut Kemuliaan Malam Qadar
internet
HM Cholil Nafis LC PhD
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA -  Allah SWT memberi bonus kepada para shoim di bulan Ramadan. Bonus pertama berupa rahmat (kasih sayang) yang diberikan pada di sepuluh hari pertama. Bonus kedua berupa maghfirah (pengampunan) di sepuluh hari kedua. Dan, bonus pada sepuluh hari terakhir yaitu `itqun min al-nar (pembebasan dari api neraka) juga ditambah Laitul Qadar.

Bonus malam Qadar diberikan melebihi pahala ibadah seribu bulan atau lebih 83 tahun. Pada malam Lailatul Qadar juga diturunkan Alquran sebagai buku petunjuk manusia agar selalu memelihara kemanusiaannya. Alquran adalah mukjizat terbesar dalam sejarah kehidupan manusia.

Dengan izin Allah SWT, pada malam Lailatul Qadar para malaikat turun ke bumi menemui orang yang mempersiapkan diri menyambutnya. Siapa yang mendapatkannya, jiwanya akan merasakan salam (rasa aman dan damai) yang tak terbatas sampai fajar malam Lailatul Qadar. Bahkan, rasa aman dan damai dalam jiwanya akan terus berlangsung sampai akhir hayat menuju fajar kehidupan baru di hari kemudian kelak.

Syaikh  Muhammad Abduh menjelaskan pandangan Imam Al-Ghazali tentang kehadiran malaikat dalam diri manusia. Abduh  memberi ilustrasi berikut: Setiap orang dapat merasakan bahwa dalam jiwanya ada dua macam bisikan, baik dan buruk.

Manusia sering merasakan pertarungan antar keduanya, seakan apa yang terlintas dalam pikirannya ketika itu sedang diajukan ke satu sidang pengadilan. Yang ini menerima dan yang itu menolak, atau yang ini berkata lakukan dan yang itu mencegah, sampai akhirnya sidang memutuskan sesuatu. Yang membisikkan  kebaikan adalah malaikat, sedang  yang membisikkan keburukan adalah setan atau paling tidak, kata Abduh, penyebab adanya bisikan tersebut adalah malaikat atau setan.
Untuk menyambut Lailatul Qadar dan hadirnya para malaikat yang membawa salam, maka Nabi Muhammad SAW menganjurkan kita untuk i'tikaf di masjid pada sepuluh terakhir di bulan Ramadan. Abu Hurairah ra mengatakan bahwa Rasulullah SAW biasa beri'tikaf pada setiap Ramadan selama 10 hari dan pada akhir hayat beliau melakukannya selama 20 hari. (HR Bukhari).

I'tikaf adalah diam di masjid dengan niat mendekatkan diri kepada Allah SAW. Orang yang beri'tikaf dalam rangka perenungan dan penyucian jiwa. Masjid adalah tempat suci. Segala aktivitas kebajikan bermula di masjid. Di masjid pula seseorang diharapkan merenung tentang diri dan masyarakatnya, serta dapat menghindar dari hiruk pikuk yang menyesakkan jiwa dan pikiran guna memperoleh tambahan  pengetahuan dan pengkayaan iman.

Itu sebabnya ketika melaksanakan i'tikaf, dianjurkan untuk memperbanyak doa dan bacaan Alquran. Lebih baik lagi bila menambahkannya dengan bacaan-bacaan lain yang dapat memperkaya iman dan takwa.

Orang yang akan mendapat Lailatul Qadar adalah mereka yang mempunyai jiwa kesadaran dan suci. Pada malam itu, kehadiran Lailatul Qadar menjadi qadar dalam arti, sangat menentukan bagi perjalanan sejarah hidupnya di masa-masa mendatang. Saat itu, bagi yang bersangkutan adalah saat titik tolak guna meraih kemuliaan dan kejayaan hidup di dunia dan di akhirat kelak. Dan sejak saat itu, malaikat akan turun guna menyertai dan membimbingnya menuju kebaikan sampai terbitnya fajar kehidupannya yang baru dalam menjemput kematian.

Semua paparan diatas menunjukkan bahwa hidup tidak diukur dari seberapa panjang kuantitasnya tetapi seberapa besar kualitasnya. Para imam mazhab fiqih yang melegendaris, seperti Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi'i, dan Imam Ahmad bin Hanbal tidak ada yang berumur lebih dari seratus tahun. Tetapi, tanda-tanda kualitas hidupnya terus berlangsung sampai sekarang, bahkan sampai akhir masa.

Kualitas hidup tidak semata-mata diukur dari kerja keras dan tidak mengenal istirahat. Lebih dari itu, perlu disertai kecerdasan bekerja dan doa. Kesungguhan menjalani hidup yang disertai doa akan menyebabkan turunnya pertolongan dan rahmat Allah SWT, sehingga menjadi kehidupan yang tidak pernah mati dan hidup menjadi berkualitas secara maksimal. (*)

Oleh : HM Cholil Nafis Lc PhD
Wakil Ketua Lembaga Bahtsul Masail PBNU

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved