Ramadan 1433 H
Menu Tradisi Ramadan, Bubur Sayur Lodeh
Takjil berupa bubur sayur lodeh ini sudah puluhan tahun disediakan oleh takmir masjid.
Penulis: Yudha Kristiawan | Editor: Iwan Al Khasni
Takjil berupa bubur sayur lodeh ini sudah puluhan tahun disediakan oleh takmir masjid.
"Pastinya kapan dimulainya tradisi berbuka puasa dengan takjil berupa bubur sayur lodeh ini kami juga tidak begitu tahu, yang jelas saya sendiri sudah 25 tahun menjadi juru masak bubur di Masjid ini," ujar Zurkoni Wardani (50) takmir masjid sekaligus juru masak bubur, Kamis (9/8/2012).
Sebagai juru masak utama, Ia mengaku sangat menikmati tradisi buka puasa dengan takjil bubur ini.
"Ya alhamdulillah masih sanggup masak hingga saat ini. Rasanya puas kalau masakan saya dihabiskan," katanya sambil tersenyum.
Bubur ini disajikan sebagai takjil selama sebulan penuh saat bulan ramadan. Setiap sorenya disediakan sedikitnya 100 porsi bubur berikut sayur lodeh.
"Setiap hari mulai masak jam 2 siang, rata-rata menghabiskan 3 Kg beras, dan 3 buah kelapa serta tempe dan kacang panjang untuk sayur lodehnya," katanya.
Lanjutnya, sedikitnya akan jadi 100 porsi. Semua bahan baku datang dari warga sekitar. Untuk sayur-sayuran dan kelapa cukup memetik dikebun milik warga, semua warga gotong royong.
Berkaitan dengan sejarahnya, salah satu takmir masjid lainnya mengatakan, tradisi buka dengan bubur ini ditengarai sudah berlangsung ratusan tahun lalu.
"Setahu saya tradisi ini sudah ada semenjak ratusan tahun silam. Tradisi buka puasa dengan bubur ini dipercaya sebagai salah satu media dakwah kala itu, mengingat pada saat itu bubur menjadi barang pangan mewah mungkin, " ujar Nur Jauzak.
Lanjutnya, secara filosofis bubur memiliki makna lembut seperti teksturnya, ini mengandung arti bahwa ajaran Islam disampaikan secara lembut.
"Bubur juga bermaksud beber atau menjelaskan, maknanya masyarakat melalui Islam diberikan penjelasan tentang ajaran-ajarannya. Kemudian bubur juga berarti merata,maknanya ajaran Islam harus disampaikan merata tanpa kecuali," katanya.
Ia menambahkan, masjid ini sendiri merupakan peninggalan masa Panembahan Bodho, ia diyakini sebagai salah satu santri dari Sunan Kalijaga, pungkasnya. (*)