Bantul

Keterbatasan Fisik Tak Halangi Binaan Yayasan Penyandang Cacat Mandiri Bantul Ini untuk Berkarya

Keterbatasan fisik bukanlah alasan untuk terus berkarya. Tanpa keluhan, ia bekerja untuk mandiri.

Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM / Ahmad Syarifudin
Teguh Sutrisno (baju hijau) dan Masido (baju biru) sedang bekerja menyelesaikan pembuatan kursi rotan di Yayasan Penyandang Cacat Mandiri Bantul. 

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Teguh Sutrisno saat ini berusia 45 tahun, dan sudah berkeluarga.

Ia adalah satu dari belasan penyandang disabilitas fisik yang menekuni keterampilan merajut rotan di Yayasan Penyandang Cacat Mandiri di Panggungharjo, Sewon, Bantul.

Bagi dia, keterbatasan fisik bukanlah alasan untuk terus berkarya.

Terbilang sudah dua tahun, hingga saat ini ia membuat kerajinan kursi barbahan baku dari rotan sintetis.

Hasil kerajinan Teguh cukup bagus, meskipun ia sendiri mengaku belum begitu pandai dan masih terus belajar.

"Paling sulit membuat motif. Kadang sudah dianyam ternyata salah. Terpaksa harus dibongkar lagi," kata Teguh, menceritakan kesulitan yang dialami saat merajut rotan pada Tribunjogja.com.

5 Inspirasi Gaya Lebaran Ala Yaseera yang Bakal Bikin Penampilanmu Tetap Kece

Teguh merupakan seorang penyandang disabilitas fisik.

Ia kehilangan satu kaki sebelah kiri karena kecelakaan kerja pada tahun 1997 di Malaysia Timur.

Saat ini, ia terpaksa menjalani hidup dengan satu kaki.

Ketika berjalan untuk berpindah tempat, Teguh membutuhkan bantuan tongkat supaya badannya tetap seimbang.

Tanpa keluhan, ia bekerja untuk mandiri.

Ada tiga macam motif kursi rotan ia kerjakan, antara lain motif 160 lite, CD 036 dan Amari.

Pembuatannya tentu saja tidak mudah.

Satu kursi bahkan dikerjakan sampai beberapa hari.

"Dua Minggu kadang cuma dapat tiga tiga," terangnya.

Aksebilitas Difabel ke Dunia Kerja Rendah

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved