Menelusuri Jejak Pu Kumbhayoni
Candi Barong Adalah Bhadraloka yang Dibangun Pu Kumbhayoni
Bhadraloka bisa diartikan “dunia yang penuh kemakmuran dan kebahagiaan’. Dalam mitologi Hindu, dewa-dewi yang identik dengan lambang kesuburan
Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Mona Kriesdinar
Menelusuri Jejak Pu Kumbhayoni, Tokoh Misterius di Puncak Kejayaan Medang (3)
Candi Barong Adalah Bhadraloka yang Dibangun Pu Kumbhayoni
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA – Meneliti Prasasti Wukiran atau Pereng, bagi Tres Sekar Prinanjani adalah periode mengesankan. Berbagai kerumitan ia alami, terutama saat menelaah isi prasasti dan mempelajari siapa sesungguhnya Pu Kumbhayoni.
Tres Sekar kepada Tribunjogja.com mengaku dirinya kini bekerja di bidang yang sama sekali berbeda dari studi yang dulu ditekuninya. Ketika dihubungi beberapa waktu lalu, Sekar bekerja di sebuah perusahaan layanan ekspedisi.
“Alasan saya mengkaji ulang Prasati Wukiran karena keinginan saya mencari tahu siapa tokoh Kumbhayoni. Sebab beliau menggunakan dua bahasa, Sanskerta dan Jawa Kuna dalam prasastinya,” kata Sekar lewat sebuah aplikasi percakapan.
Simak artikel sebelumnya :
Prasasti Pereng Kuak Tabir Siapa Penguasa Watak Walaing di Bukit Ratu Boko
Kisah Perang Sengit Kumbhayoni vs Rakai Pikatan Berebut Tahta di Era Mataram Kuno
Sesudah hampir 10 tahun berlalu, Sekar mulai merasa kesulitan menceritakan ulang hasil penelitiannya. Ia yang dulu bisa membaca tulisan kuna, sekarang harus bersusah payah mengingat dan mempraktikannya.
Ia lalu menyodorkan dokumen hasil penelitiannya, dan di kesimpulan ia menyatakan, Pu Kumbhayoni merupakan sosok nyata, pemimpin sebuah watak bernama Walaing. Ia berusaha meneguhkan ketokohannya lewat sederet prasasti yang dibuatnya.
Penggunaan bahasa Sanskerta dan juga sebagian Jawa Kuna juga ada maksud untuk menguatkan kedudukan dan ketokohannya sebagai kaum tinggi dan trah raja Medang. Bahasa tinggi itu dipakai untuk memperkuat legitimasi sosial dan politiknya.
Lantas di mana pusat kekuasaan Pu Kumbhayoni? Tres Sekar Prinanjani menunjuk komplek bukit Ratu Boko yang terdapat komplek bangunan kuna bercorak jejak Hindhu maupun Buddha. Wilayah kekuasaannya ada di bawah dan selatan bukit tersebut.
Usaha Kumbhayoni mengokohkan kekuatan dirinya juga tergambar dari upayanya mendirikan sebuah bangunan suci nan megah. Bangunan itu disebut dalam prasasti Pereng sebagai Bhadraloka.
“wihite kalacaja namna bhadralokahwaye wiwudhagehe tasyatha putra-potrah bhawantu labdhestapadajiwah anyac ca jagatan ciwam astu sada bho dwija rajnan tatha ciwartanan cruti bhakti dana dharma bhawantu naratirogersyah.”
Itulah hasil pembacaan penggalan prasasti Pereng oleh Hendrik Kern (1917) di bagian berbahasa Sanskerta. Bacaan itu dikutip Prof RM Ng Poerbatjaraka dalam bukunya “Agastya di Nusantara (1992)”. Terjemahannya sebagai berikut;
“Setelah Kumbhayoni mendirikan rumah ibadat yang dinamai Bhadraloka, maka keturunannya pun boleh memperoleh tempat berteduh dan penghasilan untuk hidup, sesuai keinginan. Kemudian: Semoga rakyat senantiasa dalam keadaan sejahtera seperti juga raja-raja yang suka menjalankan yang baik. Semoga pengetahuan, kesalehan, kebajikan, dan kebaikan berdiam di sini, bukan permusuhan, penyakit dan kebencian.”
Hasil penelitian pra pemugaran Candi Sari Sorogedug (Candi Barong) oleh Machi Suhadi, Soeroso MP, Titi Surti Nastiti dkk dari Puslit Arkenas (1985), menunjukkan, Bhadraloka yang dimaksud Kumbhayoni, memiliki unsur-unsur petunjuk kuat ke Candi Barong itu.
