Yogyakarta

Alih Fungsi Lahan Produktif di DIY Setahun Mencapai 250 Hektar Lebih

Permasalahan alih fungsi lahan pertanian produktif di DIY rata-rata menyentuh angka 250 hektar lebih dalam setahun.

Penulis: Siti Umaiyah | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM / Suluh Pamungkas
ilustrasi 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Permasalahan alih fungsi lahan pertanian produktif di DIY rata-rata menyentuh angka 250 hektar lebih dalam setahun.

Kepala Dinas Pertanian DIY, Sasongko menjelaskan jika kendala dari Dinas Pertanian untuk meningkatkan hasil panen, salah satunya adalah alih fungsi lahan produktif pertanian yang semakin tahun semakin bertambah.

Dia menerangkan sebenarnya Perda mengenai alih fungsi lahan pertanian ini sudah ada, namun tetap saja alih fungsi lahan produktif pertanian masih menjadi permasalahan.

"Kalau untuk jumlah panen padi, tahun ini mungkin tidak jauh beda dengan tahun lalu. Memang cara meningkatkan agak sulit, produktifitas sudah relatif tinggi, lahan kita yang memang berkurang. Kita memang tidak terlalu banyak menargetkan karena pertimbangannya lahan ini juga berkurang," katanya, Selasa (12/3/2019).

Baca: Terjadi Banyak Alih Fungsi Lahan, Pemda DIY Siapkan Cetak Sawah Baru

Dia menjelaskan jika yang bisa memberikan ijin alih fungsi lahan ini adalah dari pemerintah kabupaten, pihaknya pun sudah berkoordinasi dengan pemerintah kabupaten agar jangan sampai alih fungsi lahan ini semakin meningkat.

Untuk daerah yang paling banyak mengalami alih fungsi lahan ini adalah Sleman dan Bantul.

Kebanyakan lahan-lahan produktif ini dialihfungsikan sebagai perumahan, ruko maupun yang lainnya.

"Yang berhak menentukan lokasi mana saja yang bisa dialihfungsikannya dari kabupaten. Kita sudah melakukan upaya semaksimal mungkin untuk mengurangi pengalihfungsian lahan produktif. Dalam setahun bisa 250 hektar lebih. Kebanyakan untuk perumahan, ruko, dan fasilitas yang lain diluar pertanian," ungkapnya.

Selain koordinasi dengan kabupaten agar jangan sampai semakin banyak lahan produktif dialihfungsikan, pihaknya juga masih berusaha untuk meningkatkan hasil pertanian dengan cara memfasilitasi petani dengan membuat jaringan irigasi baru bagi daerah yang mengalami kesulitan air di musim kemarau.

Baca: Alih Fungsi Lahan Besar, Kota Magelang Dikepung Beton

Selain itu, mempercepat proses penggunaan lahan agar jangan sampai dibiarkan kosong juga terus dilakukan.

"Kita sudah memfasilitasi jaringan irigasi. Gunungkidul yang ekstrem, di Gunungkidul dulu malah ada lahan yang hanya sekali saja tanam dalam setahun karena minim air. Kita buatkan embung-embung. Jadi yang tadinya sekali bisa dua kali. Selain itu juga dengan mempercepat proses lahan, artinya dulu setelah panen dibiarkan dulu beberapa saat baru ditanami lagi, kita cegah itu. Harus langsung ditanami," ungkapnya.

Selain kedua hal itu, pengamanan produksi di lapangan juga dilakukan dengan gerakan pengendalian.

Yang mana jangan sampai tanaman gagal panen karena terkena hama penyakit.

"Ada gerakan pengendalian, konsennya terhadap hama dan penyakit. Jadi setiap hari ada teman-teman dari kita yang terjun ke lapangan untuk mengecek itu, jangan sampai kena hama," ungkapnya. (TRIBUNJOGJA.COM)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved