Gunungkidul

Nelayan Gunungkidul Tak Dapatkan Bantuan Konverter Kit

Nelayan Gunungkidul terpaksa tidak dapat mendapatkan bantuan alat konverter yang mampu mengubah bahan bakar minyak menjadi bahan bakar gas pada kapal.

Penulis: Wisang Seto Pangaribowo | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM / Suluh Pamungkas
Berita Gunungkidul 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Wisang Seto Pangaribowo

TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Nelayan Gunungkidul terpaksa tidak dapat mendapatkan bantuan alat konverter yang mampu mengubah bahan bakar minyak menjadi bahan bakar gas pada kapal.

Hal tersebut diutarakan oleh kepala seksi Kenelayanan, Dinas kelautan dan perikanan Supriyono, Jumat, (25/1/2019).

"Ini karena setelah dilakukan verifikasi oleh tim Kementrian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) pada Desember 2018 lalu, para nelayan Gunungkidul tidak memenuhi kriteria yang mendapatkan konverter kit," katanya pada Tribunjogja.com.

Ia mnjelaskan kriteria yang mendapatkan konverter kit adalah para nelayan yang menggunakan mesin di bawah 13 PK, sedangkan nelayan di Gunungkidul menggunakan mesin kapal 15 PK.

Baca: Lebarkan Sayap, Naavagreen Akan Buka Cabang Baru di Bintaro dan Jambi

"Oleh karena itu nelayan Gunungkidul tidak mendapatkan bantuan konverter kit tersebut, mesin 15 PK yang digunakan menggunakan bahan bakar campuran solar dan pertalite," tuturnya.

Menurutnya para nelayan Gunungkidul menggunakan mesin 15 PK karena karakteristik pantai selatan yang mempunyai ombak besar sehingga membutuhkan mesin dengan tenaga yang lebih.

Nelayan juga menggunakan mesin 2 tak karena tenaganya lebih kuat untuk kriteria laut selatan.

Dituturkannya, seharusnya akan ada 250 nelayan yang mendapatkan bantuan.

Baca: Cuaca Kurang Bersahabat, Nelayan Baron Tidak Melaut

Tetapi karena tidak sesuai kriteria maka bantan tersebut batal.

"Dulu pernah dilakukan sosialisasi, namun saat tim dari kementrian datang ke Gunungkidul pada akhir tahun lalu dipastikan nelayan Gunungkidul tidak mendapatkan bantuan," ucapnya.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Gunungkidul, Krisna Berlian mengatakan, dirinya tidak bisa berbuat banyak terkait dengan bantuan tersebut karena telah menjadi kebijakan dari pemerintah pusat.

"Nelayan juga tidak bisa disalahkan karena mereka menyesuaikan kapal dengan karakteristik laut selatan, mereka menggunakan mesin 15 PK agar tidak kalah dengan ombak. Hal sama juga berlaku dengan mengoplos antara solar dan pertalite mesin lebih bertenaga," katanya. (*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved