Mengenal Suku Bajo, Penjelajah Laut yang Secara Genetika Ditakdirkan seperti ‘Manusia Ikan’
Kebanyakan orang hanya bisa menahan napas dalam hitungan detik saja. Tapi, ini tidak berlaku bagi Suku Bajo atau Suku Bajau
TRIBUNJOGJA.COM - Pernahkah Anda menghitung berapa lama Anda bisa menahan napas di dalam air? Mungkin 10, 20, hingga ratusan detik.
Saat Anda menahan napas dalam air, tubuh Anda secara otomatis memicu yang disebut dengan respons menyelam.
Respons tersebut membuat denyut jantung melambat, pembuluh darah menyempit, dan kontraksi limpa.
Reaksi-reaksi tersebut membantu tubuh untuk menghemat energi saat kita kekurangan oksigen.
Gurun Sahara akan Berubah Menjadi Kawasan Subur Setiap 20.000 Tahun
Kebanyakan orang hanya bisa menahan napas dalam hitungan detik saja. Tapi, ini tidak berlaku bagi Suku Bajo atau Suku Bajau yang hidupnya berpindah di perairan sekitar Filipina, Malaysia, dan Indonesia.
Mereka bisa melakukan selam bebas atau tanpa bantuan alat selama 13 menit. Bahkan mereka bisa menyelam hingga kedalaman 70 meter.
Dengan kata lain, mereka bisa menahan napas di bawah air selama 13 menit.
Ini mungkin dipengaruhi kebiasaan mereka menyelam untuk menangkap ikan, gurita, hingga kepiting.
Uniknya, penyelaman yang setiap hari mereka lakukan ini tanpa bantuan alat modern dan hanya berbekal tombak untuk mendapatkan buruannya.
Kebiasaan suku Bajo yang tak biasa ini mendapat perhatian dari para peneliti.
Salah satunya adalah Melissa Llardo, seorang kandidat doktor di Pusat GeoGenetika, University of Copenhagen.
Llardo penasaran apakah orang-orang suku Bajo telah beradaptasi secara genetis agar bisa menghabiskan waktu lebih lama di dalam air.
Untuk itu, Llardo menghabiskan beberapa bulan di Jaya Bakti, Indonesia mengamati suku ini. Dia dibantu oleh seorang penerjemah untuk penelitiannya ini.
Petai Berisiko Mengancam Kesehatan Bila Dimakan Terlalu Banyak
Llardo juga membandingkan kebisaan suku Bajo dengan suku lain yang tidak punya kebiasaan menyelam, yaitu suku Saluan.