Bantul

Kisah Kolektor Bonsai Asal Bantul : Separo Umur Dwiono Digunakan untuk Rawat Bonsai

Kisah Kolektor Bonsai Asal Bantul : Separo Umur Dwiono Digunakan untuk Rawat Bonsai

Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Hari Susmayanti
Tribun Jogja/ Ahmad Syarifudin
Dwiono, warga Grogol VIII, Desa Parangtritis, Kretek, Bantul sedang merawat Bonsai miliknya. 

Laporan Reporter Tribun Jogja Ahmad Syarifudin

TRIBUNJOGJA.COM - Sebagai miniatur dari pohon besar yang dikerdilkan, Bonsai memiliki bentuk dan ukuran yang sangat unik. Penuh dengan estetika.

Bahkan setiap batang, ranting dan daunnya menyiratkan karya seni bernilai tinggi.

Karena keindahan itulah mengapa banyak orang jatuh hati pada tanaman kecil ini. Satu di antaranya adalah Dwiono, warga Grogol VIII, Desa Parangtritis, Kretek, Bantul.

Saking cintanya pada tanaman Bonsai, lelaki berusia 56 tahun ini menghabiskan sebagian umurnya untuk merawat pohon-pohon kecil itu.

"Bonsai itu ibarat berkarya. Untuk membentuk dan merawatnya bukan hanya sekadar dipotong dan disiram. Tapi penuh dengan perasaan," kata Dwiono, Rabu (19/12/2018).

Baca: Jelang Natal dan Tahun Baru, Harga Kebutuhan Pokok Mulai Naik

Ketika ditemui, di halaman rumah Dwiono terhampar penuh dengan tanaman bonsai. Bahkan halaman rumah itu bisa disebut sebagai kebun Bonsai.

Kata dia jumlahnya mencapai 200 pohon. Terdiri dari berbagai jenis pohon, mulai dari pohon serut, Kalista Batu, Beringin, Sisir, Wahong, Rampelas, Loa, Pohon asem hingga pohon Kingkit.

Pohon-pohon itu tampak cantik, tumbuh dalam sebuah pot kecil. Terlihat memiliki nilai estetika.

Dwiono tengah merawat bonsai di kebun miliknya
Dwiono tengah merawat bonsai di kebun miliknya (Tribun Jogja/ Ahmad Syarifudin)

"Saya merawat Bonsai-bonsai ini dengan sepenuh jiwa saya," tutur dia, sembari tangannya cekatan memotong setiap ranting.

Kepada Tribunjogja.com, Dwiono mengaku sudah lebih dari 31 tahun menjadi kolektor bonsai. Berawal dari kesukaannya menjelajah hutan pada tahun 1987 silam, ketika dirinya baru berusia 24 tahun.

Kala itu, menurutnya belum banyak orang yang mengenal Bonsai sehingga bakalan [cikal bakal membuat pohon bonsai] masih banyak bisa ditemui di hutan.

"Dulu saya itu suka berkelana. Bermain sambil mencari bakalan bonsai di hutan," ujar dia, mengenang.

Bakalan bonsai itu kemudian dirawat dan dipelihara dengan penuh penghayatan.

Baca: Ada Beberapa Mitos Seputar Minyak Zaitun, Namun Ini Fakta yang Wajib Diketahui

Kata Dwiono, kenikmatan merawat bonsai itu justru dari prosesnya. Menikmati dari waktu ke waktu setiap jengkal perubahan batang dan ranting bonsai. Proses itu bahkan butuh bertahun-tahun.

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved