Jawa

Merawat Menoreh, Merawat 'Ibu Bumi' yang sedang Merana

Namun sekarang bukit tersebut kini merana, dan tergerus oleh aktivitas penebangan pohon, hutan tanaman industri, dan pertambangan batu marmer.

Penulis: Rendika Ferri K | Editor: Ari Nugroho
IST
Puluhan warga dari Forum Masyarakat Peduli Menoreh menanam 20.000 bibit pohon di Dususn Selorejo, Desa Ngargoretno, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang, Selasa (27/11/2018) dalam rangka Hari Pohon Sedunia. 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Rendika Ferri K

TRIBUNJOGJA.COM, MAGELANG - Kawasan perbukitan Menoreh tak lagi sehijau dahulu.

Perbukitan yang membentang di tiga wilayah Magelang, Purworejo dan Kulonprogo itu dulu ditumbuhi oleh berbagai jenis flora, termasuk satwa-satwa yang hidup dan berhabitat di sana.

Namun sekarang bukit tersebut kini merana, dan tergerus oleh aktivitas penebangan pohon, hutan tanaman industri, dan pertambangan batu marmer.

Ekosistem yang ada di sana terganggu. Pohon-pohon gundul.

Satwa-satwa yang menghuni di sana tak tampak lagi. Sumber air menghilang. Bencana kekeringan dan longsor senantiasa mengintai.

"Kondisi sekarang banyak mengalami perubahan jika dibandingkan bukit Menoreh sekitar 10-20 tahun silam. Dahulu, tempat kami tidak mengenal kekeringan, tidak mengenal longsor, tetapi beralinya fungsi lahan, daerah perbukitan banyak pohon konservasi sekarang menjadi pohon industri. Bukit-bukit ditambangi untuk penambangan marmer," ujar Soim, warga Desa Ngargoretno, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang, Selasa (27/11/2018).

Baca: Menikmati Keindahan Sermo, Waduk di Antara Perbukitan Menoreh

Bukan hanya soal alih fungsi lahan saja, tetapi juga masalah lain yang tak kalah pelik.

Seperti aktivitas penambangan yang masih terus dilakukan di sejumlah lokasi di lereng Bukit Menoreh.

Aktivitas penambangan batu marmer itu dinilai merusak ekologi yang ada di sana.

Lahan yang berfungsi sebagai daerah resapan air, kini tergerus, ditambangi bebatuannya.

Pohon-pohon yang merindangi kawasan itu pun juga dihilangkan.

Di sana, terdapat sejumlah goa yang menjadi habitat kelelawar yang kini tak dapat lagi diakses.

"Kawasan tersebut padahal adalah daerah resapan air, tetapi kini setelah ada aktivitas tambang, air tak dapat lagi diakses masyarakat dan hanya digunakan untuk mencukupi kebutuhan aktivitas tambang tersebut. Kami pun bingung harus bagaimana," ujarnya.

Apa yang dirasakan oleh Soim menjadi keprihatinan yang dirasakan oleh sebagian besar warga lereng Menoreh.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved