Gunungkidul

Darurat Kekeringan di Gunungkidul Kemungkinan Akan Diperpanjang

Jika hujan tidak kunjung turun Pemkab Gunungkidul akan menghitung kembali anggaran yang dibutuhkan untuk memperpanjang status darurat kekeringan.

Penulis: Wisang Seto Pangaribowo | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM / Wisang Seto Pangaribowo
Warga berjalan di telaga yang telah kering, di Kecamatan Rongkop, Selasa (4/9/2018). 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Wisang Seto Pangaribowo

TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Darurat kekeringan di Kabupaten Gunungkidul kemungkinan akan diperpanjang.

Hal ini dikarenakan hujan di Kabupaten Gunungkidul tidak merata, dan beberapa hari ini tidak turun hujan.

"Kita masih melihat situasi, patokan kami adalah prakiraan cuaca dari BMKG. Dari prakiraan cuaca tersebut hujan merata pada minggu ketiga Bulan November, agak khawatir karena hujan berhenti di Gunungkidul," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Daerah (BPBD) Kabupaten Gunungkidul, Edy Basuki pada Tribunjogja.com, Jumat (23/11/2018).

Akan tetapi jika hingga minggu ketiga Gunungkidul tidak kunjung hujan status darurat kekeringan terpaksa diperpanjang kembali, darurat kekeringan ada batasannya yaitu satu bulan.

Menurutnya jika hujan tidak kunjung turun pihaknya akan menghitung kembali anggaran yang dibutuhkan untuk memperpanjang status darurat kekeringan.

"Tetapi untuk saat ini intensitas dropping air memang sudah berkurang yang awalnya tiap hari kami mengirim 6 tangki saat ini hanya 4 tangki," katanya.

Saat ini daerah yang masih membutuhkan dropping air adalah kawasan utara Gunungkidul seperti kecamatan Ngawen, Nglipar, Semin dan beberapa di kawasan selatan Gunungkidul.

Baca: BPBD Akan Surati Pemkab Gunungkidul untuk Naikkan Status Tanggap Darurat Kekeringan

"Selatan itu sebagian Kecamatan Tepus masih, untuk Kecamatan Panggang laporan dari Kasi Kesos Kecamatan Panggang sudah tidak membutuhkan lagi. Namun untuk jumlah pastinya masih kita data dari teman-teman di lapangan," katanya.

Edy mengatakan, bantuan droping air bersih saat ini menggunakan anggaran dari Belanja Tidak Terduga (BTT) karena anggaran droping air bersih tahun 2018 sudah habis sejak Oktober 2018 lalu.

Anggaran droping air bersih yang dikelola BPBD Gunungkidul selama 2018 sebanyak Rp 638 juta.

Adapun wilayah yang mengalami kesulitan selama kekeringan tahun 2018 air bersih ada 77 desa yang tersebar di 15 kecamatan.

Baca: Kebun Bunga Amarilis di Gunungkidul Kembali Diserbu Wisatawan

Jumlah warga yang terdampak juga terus mengalami penambahan, yaitu 38.937 KK atau 132.491 Jiwa.

"Untuk bantuan saat ini kita menggunkan BTT. Mekanismenya adalah dengan menukarkan pengeluaran BKAD (Badan Keuangan dan Aset Daerah). Artinya setiap pengeluaran seperti membeli air, gantu spare part, hingga membeli BBM, nanti SPJ-nya diajukan ke BKAD," katanya.

Sekretaris Kecamatan Panggang, Sumbiyono mengatakan, didaerahnya terdiri dari 6 desa, dengan 44 dusun sebagian besar wilayah terdampak kekeringan.

"Kecamatan Panggang tahun ini menganggarkan sekitar Rp 147 juta untuk droping, dan sudah habis pada akhir Oktober kemarin. Bulan ini juga mengajukan tambahan, tetapi pada bulan ini sudah masuk musim hujan, semoga hujannya merata," tutupnya. (*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved