Sensor Seismik Berhasil Rekam Suara 'Rintihan' Es di Antartika
Suara itu merupakan hasil dari angin yang menerpa bukit-bukit salju sehingga menciptakan getaran permukaan
Penulis: Mona Kriesdinar | Editor: Mona Kriesdinar
TRIBUNJOGJA.com - Para ilmuwan cukup terpana ketika berhasil merekam suara-suara yang dihasilkan oleh lapisan es di Antartika. Suara tersebut memang tidak dapat didengar oleh telinga manusia namun cukup kuat ditangkap oleh sensor seismik.
Dikutip dari sejumlah sumber, suara itu merupakan hasil dari angin yang menerpa bukit-bukit salju sehingga menciptakan getaran permukaan. Ini menghasilkan nada seismik yang mereka sebut menyerupai lagu sedih atau rintihan.
Laporan yang ditulis dalam jurnal Geophysical Research Letters ini diperoleh para ilmuwan dari hasil mendengarkan rekaman yang dikumpulkan selama dua tahun.
Ada Retakan Baru Sepanjang 30 Km di Antartika, Ini Skenario Buruk yang Bisa Terjadi
Mereka menemukan bahwa es hampir selalu 'bersenandung' pada frekuensi 5 hertz dengan siklur per lima detik. Dengungannya yang cukup kuat ini ditimbulkan oleh hembusan angin.
Mereka juga menemukan bahwa alunannya akan berubah sebagai respons terhadap peristiwa yang memengaruhi permukaan salju dan es, seperti badai yang menggeser posisi bukit pasir, atau pencairan lapisan es yang berlebihan.
Para ilmuwan mendeteksi getaran secara tak terduga. Mereka telah memasang 34 sensor seismik, di Ross Ice Shelf dari 2014 hingga 2017, untuk memantau aspek lain dari perilaku rak es.
Wow! Kue Berusia 106 Tahun Ditemukan di Antartika. Baunya Masih Harum
Tapi ketika mereka meninjau hasil rekaman, mereka melihat bahwa lapisan salju paling atas bergetar hampir sepanjang waktu dari angin aktif yang bergerak di permukaannya yang tidak rata, hingga kemudian menyebabkan dengungan seismik.
"Ini seperti halnya ketika Anda meniup sebuah peluit, terus-menerus, di atas lapisan es," kata pemimpin penulis studi Julien Chaput, seorang ahli geofisika dan ahli matematika di Colorado State University di Fort Collins, mengatakan dalam sebuah pernyataan.
Nada dengung juga berubah halus dalam kondisi tertentu; setelah badai kuat mengubah bentuk bukit salju, dan ketika peristiwa pemanasan pada Januari 2016 menyebabkan permukaan mencair.
Pemantauan terhadap suara ini dapat memungkinkan para ilmuwan untuk melacak pergeseran di permukaan es dari jarak jauh, dan praktis secara real time. Ini bisa membantu mereka menyusun gambaran stabilitas lapisan es yang lebih lengkap.(*)