Bencana Dahsyat Dalam Sejarah Nusantara

Jejak Tsunami Besar di Pesisir Kulonprogo Dekat Calon Bandara

Temuan ini menunjukkan gempa besar dan tsunami dahsyat sangat potensial di sepanjang wilayah ini.

Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Muhammad Fatoni
ist
Ilustrasi peta tsunami hazard pesisir Kulonprogo 

Temuan ini menunjukkan gempa besar dan tsunami dahsyat sangat potensial di sepanjang wilayah ini.

Gempa Bantul 2006 berpusat di dekat daratan Parangtritis, persis di patahan Opak yang memanjang dari Parangtritis hingga Piyungan berbelok ke timur mengikuti kaki pegunungan Nglanggeran hingga Bayat, Klaten.

Ke utara dari Piyungan memanjang melewati Prambanan hingga sebelah timur gunung Merapi.

Meski tidak ada dalam catatan sejarah, perbedaan ekstrem kontur daratan di sisi timur Parangtritis dan dataran sebelah barat, mengindikasikan pernah terjadi tunjaman akibat patahan hebat. 

Entah berapa juta tahun lalu, namun mestinya kontur daratan Bantul dan Gunungkidul pernah di level sama.

Seperti halnya daratan Gunungkidul yang sambung menyambung dengan kontur perbukitan karst Wonogiri, Pacitan, terus ke timur hingga Malang, Lumajang hingga Banyuwangi. 

Baca: Selasa Pagi, Gempa 6.3 SR Guncang Sumba, Berikut Lafaz Doa Saat Terjadi Gempa Bumi

Baca: Cerita Adelia dan Pasha Ungu yang Tidur di Tenda Bersama Para Pengungsi Gempa dan Tsunami Palu

Patahan yang ambles mulai dari sisi timur Parangtritis hingga Kulonprogo itu akhirnya sebagian besar terisi endapan vulkanis dari gunung Merapi di sebelah utara.

Endapan itu sebagian besar berasal dari gunung Merapi Tua dan kemungkinan sebagian dari gunung Bibi, yang jauh lebih tua.   

Daratan yang patah dan ambles, yang sekaligus jadi pembatas tegas antara dataran rendah Yogya hingga Bantul dan perbukitan di Gunungkidul ini sedikit banyak menjelaskan mengapa daerah terdampak paling parah gempa 2006 terlihat dari Pundong (Bantul) hingga Berbah (Sleman).   

Dari temuan dan pembacaan sumber sejarah kuna tertulis, bencana besar tertulis di Prasasti Rukam bertarikh  829 Saka atau 907 Masehi.

Prasasti ini dikeluarkan Sri Maharaja Dyah Balitung sebagai pemimpin kerajaan Mdang Mataram saat itu. 

Prasasti tembaga ini ditemukan di Desa Petarongan, Parakan, Temanggung pada 1975. Inti prasasti itu adalah perintah dari Dyah Balitung lewat sang putra mahkota, Rakryan Mahamantri i Hino Sri Daksotamma Bahubajra Pratikpasaya, agar menjadikan Desa Rukam sebagai tanah sima (perdikan) bagi sang nenek, Rakryan Sanjiwana. 

Desa itu disebutkan hancur karena letusan gunung berapi. Namun tidak dijelaskan gunung api mana yang membuat desa itu hancur lebur.

Mengingat temuan ada di wilayah Parakan, diduga kuat gunung berapi yang dimaksud itu Gunung Sindoro. 

Penemuan bangunan pemujaan dan permukiman kuno Mataram di Liyangan, Parakan, Temanggung menguatkan dugaan itu.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved