Kesehatan

Peluang Panjang Umur Dimiliki Mereka yang Punya Otot Kuat

Mengetahui kekuatan genggaman bisa menjadi intervensi awal untuk rutinitas perawatan, yang bisa membuat hidup seseorang lebih panjang.

Editor: Ari Nugroho
jacoblund via kompas.com
Ilustrasi Olahraga 

TRIBUNJOGJA.COM - Banyak menghabiskan waktu berolahraga atau pergi ke pusat kebugaran ternyata tak hanya sekadar membuat tubuh terlihat lebih baik dan sehat.

Sebuah riset dari University of Michigan menemukan, tingkat kekuatan seseorang bisa menjadi faktor kunci maningkatkan masa hidup.

Para peneliti yang dipimpin oleh Dr. Kate Duchowny menemukan, orang-orang dengan tingkat kekuatan otot lebih rendah memiliki risiko kematian 50 persen lebih besar ketimbang mereka yang memiliki otot kuat.

"Menjaga kekuatan otot sangatlah penting untuk umur panjang dan membebaskan penuaan," kata Duchowny pada Michigan News.

Baca: Otot Remaja di Texas ini Bengkak dan Rusak Akibat Olahraga Berlebihan

Secara spesifik, kekuatan genggaman adalah hal yang penting.

Sebab, ini bisa menjadi faktor prediksi kesehatan dan panjang umur secara keseluruhan.

Bahkan mungkin akan lebih efektif daripada pengukuran yang sering digunakan orang, yakni massa otot.

Faktor ini cenderung mudah untuk diukur.

Menggunakan tes sederhana ketika pasien meremas sebuah benda yang disebut "dynamometer" untuk mengukur kekuatan dalam kilogram.

Grup peneliti lainnya juga menemukan, kekuatan genggaman bisa menjadu indikator kuat untuk kesehatan secara keseluruhan bagi semua umur.

Tim peneliti University of Michigan menganalisa data yang dikumpulkan sebagai bagian dari studi kesehatan dari universitas tersebut.

Sampel adalah representasi nasional dengan 8.326 pria dan wanita berusia 65 tahun ke atas.

Tingkat kekuatan diukur dengan "cut-points", dengan "kelemahan otot" diklasifikasikan sebagai kekuatan tangan kurang dari 39kg untuk pria dan 22kg untuk wanita.

Baca: Robot Cowok Cakep dan Berotot untuk Para Wanita Kesepian Kini Mulai Diproduksi

Para peneliti menemukan bahwa 46 persen orang dalam data partisipan mereka masuk ke dalam klasifikasi "lemah" karena berada di bawah kriteria.

Penelitian sejenis lain yang memiliki representasi partisipan lebih sedikit, menemukan bahwa hanya 10-13 persennya yang diklasifikasikan memiliki otot lemah.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved