Jawa
Pedagang Mogok, Pemkot Magelang Pastikan Stok Daging Ayam Tetap Aman
Saat ini stok daging ayam yang ada di Kota Magelang masih memenuhi kebutuhan masyarakat Kota Magelang dan sekitarnya.
Penulis: Rendika Ferri K | Editor: Ari Nugroho
Laporan Reporter Tribun Jogja, Rendika Ferri K
TRIBUNJOGJA.COM, MAGELANG - Pemerintah Kota Magelang melalui Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan Kota Magelang memastikan stok ataupun ketersediaan daging ayam aman di Kota Magelang, kendati aksi mogok masih dilakukan oleh para pedagang daging ayam di Kota Magelang.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kota Magelang, Eri Sapto Widyoko, mengatakan, pihaknya memastikan stok daging ayam masih tersedia.
Saat ini stok daging ayam yang ada di Kota Magelang masih memenuhi kebutuhan masyarakat Kota Magelang dan sekitarnya.
"Kami pastikan di Kota Magelang, rasionya masih cukup, stok daging ayam masih tersedia. Kendati, kebutuhannya yang lebih banyak, karena banyaknya permintaan dari masyarakat," ujar Eri, Senin (23/7/2018) saat ditemui di kantornya.
Baca: Cuaca Ekstrim Disebut sebagai Pemicu Naiknya Harga Daging Ayam
Eri mengatakan, kenaikan harga daging ayam ini dinilainya masih terbilang wajar.
Hal ini berdasarkan pasokan dan kebutuhan di masyarakat yang saat ini memang lebih banyak kebutuhan.
Ia menuturkan, ketersediaan ayam pedaging di tingkat pengepul setiap hari bisa mencapai 20-24 ton.
Jumlah ini tersebar di tiga pengepul dengan pengepul terbesar di Bu Tatik sebanyak 20 ton per hari.
Jumlah peternak sendiri ada lima lokasi dengan rata-rata 30-35 ribu ekor sekali tebar per peternak.
“Faktor supply dan demand saja, karena kebutuhan yang meningkat, harga jadi naik. Tetapi kalau dari ketersediaan kami rasa masih sangat mencukupi, bahkan lebih, untuk Kota Magelang dan juga untuk daerah di sekitarnya.” kata Eri.
Baca: Pedagang di Magelang Masih Mogok Jualan, Masyarakat Keluhkan Kelangkaan Daging Ayam
Sementara Kepala Seksi Peternakan Disperpa, Sugiyanto, mengatakan, pihaknya mendata harga daging ayam di pasar Kota Magelang saat ini berkisar Rp 35ribu per kilogram.
Kenaikan yang terjadi di pasaran disebutnya akibat kenaikan harga di tingkat peternak dari Rp 21 ribu menjadi Rp 23 ribu, di tingkat pemotong menjadi Rp 26ribu per kilogram.
Kenaikan ini membuat para pedagang menjadi kewalahan.
Selisih antara harga dari peternak ataupun pemotong yang sedikit, membuat para pedagang kesulitan menetapkan harga daging ayam, karena nilai laba yang terlampau tipis, sehingga mau tidak mau harga dinaikkan.