Internasional

Koalisi Pimpinan Arab Saudi Menyerang Kota Pelabuhan Hodeidah di Yaman, 250.000 Warga Sipil Terancam

Serangan itu dilakukan setelah pemberontak menolak ultimatum dan tak mau menyerahkan Hodeidah

Penulis: say | Editor: Muhammad Fatoni
Abdo Hyder / AFP
Sebuah crane sedang menurunkan bantuan dari UNICEF di pelabuhan Hodeidah, Yaman. 

TRIBUNJOGJA.COM - Koalisi pimpinan Arab Saudi dan pasukan yang setia kepada mantan presiden Abd Rabbuh Mansour Hadi telah melancarkan serangan terhadap kota pelabuhan utama Hodeidah di Yaman.

Serangan itu dilakukan setelah pemberontak menolak ultimatum dan tak mau menyerahkan Hodeidah pada Selasa (12/6/2018), batas waktu yang ditetapkan oleh Uni Emirat Arab (UAE).

Operasi untuk merebut kembali kota pelabuhan penting dari Houthis itu diluncurkan pada Rabu (13/6/2018) pagi.

Seperti dilansir Russia Today, operasi darat skala besar, yang didukung oleh pasukan udara dan angkatan laut koalisi pimpinan Saudi, mulai bergerak di kota dari berbagai arah.

Pemerintah Presiden Hadi, yang sebagian berbasis di Aden mengeluarkan pernyataan, mengklaim bahwa operasi militer adalah upaya terakhir untuk mengembalikan legitimasi ke seluruh wilayah nasional, setelah cara damai menemui jalan buntu.

"Pembebasan pelabuhan Hodeidah adalah tonggak dalam perjuangan kami," kata pernyataan itu.

"Pembebasan pelabuhan adalah awal jatuhnya milisi Houthi. Ini akan mengamankan navigasi di Selat Bab al-Mandab dan memotong tangan Iran."

Pengambilan kembali kota pelabuhan Hodeidah sangat penting bagi koalisi Arab.

Selama konflik, Arab telah berkali-kali mencoba memblokade dermaga, menuduh Iran menggunakannya untuk menyelundupkan senjata ke pemberontak Houthi, tetapi tak berhasil.

Beberapa hari sebelum serangan ini dilakukan, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah memperingatkan bahwa serangan terhadap kota pesisir yang padat penduduk, dapat mengancam hingga 250.000 jiwa.

Badan-badan bantuan internasional juga telah memperingatkan tentang bencana akibat pertempuran, yang dapat membahayakan pengiriman bantuan kemanusiaan, yang sangat dibutuhkan oleh penduduk sipil.

Bahkan Washington, pemasok persenjataan terbesar ke Arab Saudi, juga diduga memperingatkan terhadap serangan di kota pelabuhan itu.

"Amerika Serikat telah jelas dan konsisten bahwa kami tidak akan mendukung tindakan yang merusak infrastruktur utama atau yang mungkin memperburuk situasi kemanusiaan yang mengerikan yang telah meluas dalam konflik yang terhenti ini," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih kepada Reuters.

Kota Hodeidah adalah salah satu dari sisa-sisa perjalanan kemanusiaan, yang masih ada di Yaman.

Sejak bulan Maret 2015, Koalisi pimpinan Saudi telah melakukan kampanye militer brutal di Yaman.

Mereka berusaha mengembalikan mantan presiden Hadi ke tampuk kekuasaan.

Tiga tahun perang menyebabkan negara Yaman hampir runtuh.

Setidaknya 22 juta orang, atau 80 persen dari penduduk Yaman, membutuhkan bantuan kemanusiaan.

Di saat yang bersamaan, lebih dari separuh negara dibiarkan tanpa layanan medis dasar. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved