Lima Kawasan Prostitusi di Tanah Air yang Sudah Ada Sejak Zaman Belanda

Istilah kompleks pelacuran bukanlah hal asing di telinga. Di berbagai kota besar, tempat ini hampir dipastikan selalu ada

Editor: Mona Kriesdinar
Getty Images
Ilustrasi lokalisasi 

TRIBUNJOGJA.com - Istilah kompleks pelacuran bukanlah hal asing di telinga. Di berbagai kota besar, tempat ini hampir dipastikan selalu ada. Sebut saja nama Pasar Kembang alias sarkem di Yogyakarta, atau Gang Dolly di Surabaya.

Adapula Saritem di Bandung atau Sunan Kuning di Semarang. Para ahli percaya bahwa pelacuran merupakan bisnis tertua di dunia, yang sudah dipraktikan sejak jaman babilonia.

Hingga kini, bisnis pelacuran tak pernah habis. Berbagai upaya yang dilakukan untuk memberantas tempat maksiat ini hanya membuat kompleks itu berpindah tempat saja.

Sementara bisnisnya, tetap berjalan meskipun dengan bentuk yang berbeda semisal melalui jaringan online atau tidak terang-terangan di pinggir jalan atau di lokalisasi.

Baca: Heboh Prostitusi Online di Kota Madiun, Sang Mucikari Jajakan 20 Wanita Belia

Nah tahukah kamu bahwa sejumlah lokalisasi di tanah air yang masih ada sampai sekarang ini, ternyata dibuat sejak jaman penjajahan Belanda? Mana sajakah diantaranya? Berikut paparannya :

1. Sarkem alias Pasar Kembang

Kompleks tempat mangkalnya para pekerja seks komersial ini berada di dekat Stasiun Tugu Yogyakarta. Dibangun sejak dimulainya proyek pembangunan jalur kereta api yang menghubungkan Yogyakarta dengan sejumlah kota besar di Pulau Jawa, atau sekitar pertengahan abad ke - 18. Berdasarkan penelusuran, dulunya kompleks ini memang sengaja dibangun untuk melayani para pria hidung belang yang bekerja di proyek pembangunan rel kereta api. Sejak saat itu, di kawasan ini tumbuh hotel atau penginapan lantaran banyak orang dari luar yang datang ke tempat ini. Hingga sekarang, sarkem masih beroperasi. Meskipun Pemkot Yogyakarta tak menyebutnya sebagai lokalisasi namun faktanya, transaksi seksual memang masih terjadi di tempat ini.

Baca: Kisah Prostitusi Korek Api Tahun 1980-an di Yogyakarta yang Difilmkan

2. Saritem

Lokalisasi yang berada di Bandung ini juga sudah ada sejak jaman Belanda. Berdasarkan penelusuran, Istilah saritem berasal dari nama seorang perempuan berparas cantik asal Bandung. Saat itu, ia menjadi Gundik para pejabat Belanda. Lama kelamaan, Saritem berhasil membawa banyak teman-temannya untuk melayani para pria hidung belang asal Belanda. Ini juga tak terlepas dari permintaan para pejabat Belanda untuk membawakan gadis-gadis lainnya untuk para pria hidung belang. Dari situlah kemudian menjadi cikal bakal istilah saritem tempat lokalisasi yang tersohor kala itu.

Baca: Menelisik Remang-remang Kompleks Prostitusi Pasar Kembang

3. Gang Dolly

Gang Dolly begitu tersohor bahkan disebut-sebut sebagai kawasan prostitusi terbesar se-asia tenggara. Soal asal usul nama Gang Dolly ini setidaknya ada dua versi. Pertama, Gang Dolly dari nama seorang noni belanda bernama Dolly van de Mart yang secara sengaja membangun rumah bordir di kawasan tersebut. Namun versi lainnya menyebutkan bahwa Gang Dolly berasal dari nama seorang mantan pelacur berdarah Jawa-Filipina bernama Dolly Khavit yang menikah dengan seorang pelaut Belanda. Ia mendirikan wisma yang berisi para pekerja seks komersial. Sejak saat itu, seiring dengan semakin banyaknya tamu yang datang, maka semakin banyak juga para PSK yang mangkal di kawasan ini.

Baca: Gubuk Reot Ini Jadi Tempat Prostitusi, Tarifnya Mulai Rp30 Ribu

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved